Aktivis Pro Demokrasi Myanmar Kritik Putusan Pertemuan ASEAN, ‘Kami Terus Lakukan Mogok hingga Rezim Berakhir'

- 26 April 2021, 04:20 WIB
Kepala junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing (kiri) menerima sambutan saat kedatangannya menjelang KTT para pemimpin ASEAN, di bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang, Indonesia, 24 April 2021.
Kepala junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing (kiri) menerima sambutan saat kedatangannya menjelang KTT para pemimpin ASEAN, di bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang, Indonesia, 24 April 2021. /Rusman / Istana Kepresidenan Indonesia/ Handout via REUTERS

RINGTIMES BALI – Hasil kesepakatan antara Kepala Militer Myanmar Junta dan para pemimpin negara Asia Tenggara untuk mengakhiri kekerasan pasca kudeta dikritik keras oleh aktivis pro demokrasi Myanmar.

Ketua ASEAN Brunei mengatakan bila kesepakatan yang dicapai pada pertemuan di Jakarta tersebut menghasilkan lima poin.

Pada kesepakatan tersebut untuk mengakhiri kekerasan, dialog konstruktif di antara semua pihak, utusan khusus ASEAN untuk memfasilitasi dialog, penerimaan bantuan dan kunjungan utusan ke Myanmar.

Namun, dalam kesepakatan lima poin tersebut tidak menyebutkan tentang tahanan politik, meskipun pernyataan ketua mengatakan pertemuan itu "mendengar seruan" untuk pembebasan mereka.

Baca Juga: Sekte Budha Korea Selatan Minta Kedubes Myanmar Izinkan 3 Biksu Masuk Wilayahnya

Lebih lanjut, para pemimpin ASEAN meminta komitmen dari Min Aung Hlaing untuk melarang militernya untuk melakukan kekerasan kepada warga Myanmar.

Dikutip Ringtimesbali.com dari situs The Rueters, mengatakan menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dari pasca krisis setelah kudeta dan pembebasan Aung San Suu Kyi, korban yang telah berjatuhan sebanyak 748 orang.

Selain itu, AAPP juga mengatakan bila terdapat lebih dari 3.300 orang yang telah ditahan oleh pemerintahan Junta.

"Kami menyadari bahwa apapun hasil dari pertemuan ASEAN, itu tidak akan mencerminkan apa yang diinginkan masyarakat," kata Wai Aung, seorang penyelenggara protes di Yangon.

Baca Juga: Dukung Anti Kudeta, Pesepakbola Myanmar Dihukum Pemerintah Militer

"Kami akan terus melakukan protes dan pemogokan sampai rezim militer benar-benar gagal," sambungnnya.

Selain itu, sehari setelah pertemuan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing di Jakarta, Indonesia pada Sabtu, 24 April 2021, aksi protes terjadi di sebagian kota-kota besar di Myanmar pada Minggu, 25 April 2021.

"Apakah itu ASEAN atau PBB, mereka hanya akan berbicara dari luar dengan mengatakan jangan melawan tetapi negosiasikan dan selesaikan masalah. Tapi itu tidak mencerminkan situasi dasar Myanmar," kata Khin Sandar dari kelompok protes yang disebut Kolaborasi Pemogokan Umum. Komite.

"Kami akan melanjutkan protes. Kami memiliki rencana untuk melakukannya," sambungnnya kepada Reuters.

Baca Juga: Salah Sasaran, Gadis 7 Tahun Tewas Tertembak Pasukan Militer Myanmar

Pertemuan ASEAN merupakan upaya internasional terkoordinasi pertama untuk meredakan krisis di Myanmar telah mengalami kekacauan sejak kudeta.

Selain protes tersebut, kematian dan penangkapan, pemogokan nasional telah melumpuhkan kegiatan ekonomi negara miskin yang bertetangga dengan China, India, dan Thailand.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah