Apa Motif Penembakan terhadap Jacob Blake, Pria Berkulit Hitam di Amerika

25 Agustus 2020, 15:03 WIB
Unjuk rasa yang terjadi setelah penembakan Jacob Blake. / /

RINGTIMES BALI – Lagi-lagi penembakan terhadap pria berkulit hitam kembali terjadi di Amerika Serikat, tepatnya di Kenosha, Wisconsin. Hal ini tentu saja memicu protes dan Amerika kembali rusuh.

Peristiwa yang terjadi pada Minggu, 23 Agustus 2020 sore ini memicu kerusuhan, di mana pengunjuk rasa melemparkan bom api ke petugas penegak hukum.

Setelah diidentifikasi, korban diketahui bernama Jacob Blake, berusia 29 tahun korban tewas setelah beberapa peluru menembus kulit punggungnya.

Baca Juga: Atas Kematian George Floyd, Donald Trump Kerahkan Kekuatan Militer

"Malam ini, Jacob Blake ditembak beberapa kali di punggung, di siang hari bolong. Meskipun kami belum memiliki semua detailnya, yang kami tahu pasti adalah bahwa dia bukanlah orang kulit hitam pertama yang ditembak atau terluka atau dibunuh tanpa ampun di tangan individu penegak hukum di negara bagian kami atau negara kami," kata Tony Evers, Gubernur Wisconsin dalam sebuah pernyataan.

Setelah kejadian tersebut, massa berkumpul di tempat kejadian perkara, lalu menyalakan api dan melemparkan batu bata serta bom molotov ke arah polisi. Hal tersebut lantas mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan jam malam.

Keesokan harinya, pada Senin, 24 Agustus waktu setempat, Kenousha County mengumumkan di Twitter bahwa gedung pengadilan akan ditutup karena kerusakan yang disebabkan oleh kerusuhan di malam sebelumnya.

Baca Juga: Di Tengah Protes George Floyd, Remaja 18 Tahun di New York Dapat Durian Runtuh Berkat Aksi Mulianya

Menurut pernyataan Departemen Kepolisian Kenosha, penembakan itu terjadi sekitar pukul 5 sore waktu setempat.

Korban kemudian segera dibawa ke rumah sakit dalam kondisi serius. Namun, belum ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan oleh pihak kepolisian tentang apa yang menyebabkan terjadinya penembakan tersebut.

Kemudian pada Senin pagi, Departemen Kehakiman Wisconsin menyatakan bahwa petugas yang terlibat dalam penindakan itu telah diberi cuti administratif.

Baca Juga: Hasil Autopsi Sebut George Floyd Meninggal Bukan Karena Sesak Nafas

Lalu Divisi Investigasi Kriminal Wisconsin juga memberikan pernyataan bahwa pihaknya akan bekerja untuk mengeluarkan laporan kepada Jaksa Penuntut dalam waktu 30 hari.

Dalam sebuah unggahan di media sosial juga memperlihatkan kerumunan orang berbaris di jalan-jalan Kenosha, sebuah kota berpenduduk sekitar 100 ribu orang di Danau Michigan sekitar 65 mil (100 km) utara Chicago.

"Kami sudah bosan. Frustasi memuncak dan kami lelah," kata Clyde McLemore, seorang anggota gerakan Black Lives Matter di tempat kejadian.

Baca Juga: JR Smith Pebasket NBA Pukuli Orang Saat Unjuk Rasa George Floyd di AS

Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, terlihat Blake berjalan menuju sebuah mobil dengan diikuti dua petugas polisi, lalu salah satunya menembaknya saat ia membuka pintu mobil.

Sebagaimana dimuat dalam artikel sebelumnya di PikiranRakyat-Bekasi.com dengan judul "Setelah George Floyd, Polisi AS Kembali Tembak Pria Kulit Hitam di Punggung Berkali-Kali", yang dikutip dari Reuters.

Insiden tersebut lantas mengingatkan akan protes nasional pada musim panas, yang disebabkan oleh kematian George Floyd pada 25 Mei 2020.

Baca Juga: 'Black Lives Matter', Gerakan Perubahan ke Arah yang Lebih Baik

George Floyd merupakan seorang pria kulit hitam yang berusia 46 tahun di Minneapolis, yang meninggal karena seorang petugas polisi kulit putih menindih lehernya selama hampir sembilan menit.

Dalam insiden tersebut George Floyd berulang kali mengatakan bahwa dia tidak bisa bernafas. Namun, lutut petugas polisi kulit putih tersebut tetap berada di leher Floyd, hingga akhirnya Floyd dinyatakan meninggal.***

Editor: Triwidiyanti Prasetiyo

Sumber: REUTERS Pikiran Rakyat Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler