Quotes Sapardi Djoko Damono, dalam Novel Yang Fana Adalah Waktu

23 November 2020, 12:50 WIB
ilustrasi Cowok jatuh cinta /PIXABAY/Free-Photos

RINGTIMES BALI - Dikutip dari novel berjudul Yang Fana Adalah Waktu, karya Sapardi Djoko Damono, berikut quotes yang bisa menjadi rekomendasi caption sosmedmu.

Adakah sebenarnya perbedaan antara yang ada dan yang tidak ada?

Ada dan tak ada suka tertukar. Seperti yang selalu kubilang. Yang ada hanya kasih sayang kita. Di luar itu, yang ada hanya tak ada. Yang ada hanya kita, yakni tak ada itu.

Baca Juga: Tips Handal Membuat PIN ShopeePay yang Aman untuk Menjaga Keamanan Akun

Aku bisa memejamkan mata. Tetapi tidak akan bisa memejamkan telinga. Kalaupun kututup telingaku, kau tetap saja terdengar sebagai gaung di pusat kesadaranku.

Kau adalah huruf-huruf yang terserak di halaman-halaman buku dongeng. Dan lenyap menjelma bunyi yang tidak mengenal tanda baca. Tidak mengenal koma, tidak mengenal titik, tidak mengenal tanda kutip, tidak mengenal tanda seru, tidak untuk dilihat, tetapi untuk didengar.

Dan rupanya kita memang ditakdirkan untuk masing-masing mendengarkan diri sendiri sebaik-baiknya agar bisa saling mendengarkan.

Baca Juga: Media Sosial, Penyumbang Depresi Terbesar, Baca Faktanya

Sebab segala yang kasat mata di sekeliling kita adalah latar maya yang hanya akan berubah menjadi dunia nyata kalau kita berdampingan atau dipisahkan jauh oleh jarak dan waktu. Berniat untuk saling mendengarkan.

Aku tidak akan pernah bisa tahu. Apa kamu mampu mengajariku cara melipat jarak waktu lagi. Agar kita bisa bertemu, meskipun dipisahkan oleh garis maya yang tipis yang ternyata tidak bisa dan tidak akan bisa kita tembus.

Apakah yang mungkin nanti itu masih berada dalam waktu? Sekarang aku tidak bisa yakin. Tidak bisa sepenuhnya yakin.

Baca Juga: Mengatasi Asam Lambung dengan Diet Mediterania

Tanpa waktu, rel tidak akan bisa pergi kemana-mana.

Selama kita masih percaya bahwa waktu memang benar benar ada karena sudah terlanjur kita ciptakan. Oleh karenanya hal yang aku impikan itu tidak akan menjadi apapun. Tetap saja hanya ada dalam angan-angan.

Mungkin segitiga itu sama kaki-kakinya. Tetapi mungkin juga kaki-kakinya tidak sama panjangnya. Kalau demikian halnya, ada tentu di antara sudutnya yang bilang syukur. Ada yang diam saja karena bertanya tanya mengapa demikian.

Baca Juga: Mengatasi Asam Lambung Akibat Stres, Salah Satunya dengan Tidur

Dan kita pun kemudian berpanjang-panjang membayangkan apa yang kita inginkan benar-benar terjadi kalau apa yang kita sebut nanti itu akhirnya tiba.

Namun aku yakin kau lebih tahu tentunya bahwa waktu ternyata hanya bisa menampung yang sekarang.

Karena sesungguhnya yang menyebabkan kita merasa ada sepenuhnya berakar pada yang terjadi sekarang.

Baca Juga: Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asam Lambung, Salah Satunya Pedas

Yang suka kita bayangkan sebagai nanti akan menjadi sekarang juga kalau sudah kita jalani.

Aku merasa berada dalam sebuah ruangan sempit yang sangat bising. Yang sesikit demi sedikit menggelembung. Dan aku melayang-layang di dalam sebuah balon. Lalu kempes dan terjepit dinding-dindingnya. Yang mendadak menggelembung lagi dan aku terpental kesana kemari.

Kita ini ternyata sekadar tokoh dongeng yang mengikuti pakem purba. Seperti yang berlalu dalam segala jenis dongeng.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini, 23 November 2020 di Pegadaian, Logam Mulia Antam Rp 1.968.000

Siapa pula yang bisa menjamin bahwa ada yang pasti bahwa ada yang selesai bahwa ada yang tuntas dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki.

Rangkaian basa-basi harus dipatuhi oleh siapapun. Yang terlibat dalam ritual yang tak lekang oleh apa pun yang merayakan pertemuan dan perpisahan.

Mereka sepenuhnya percaya bahwa dongeng diciptakan sebagai jawaban untuk pertanyaan yang tak akan ada habisnya. Tentang hidup tentang nasib tentang takdir.

Baca Juga: Iran Kecam Kritikan Eropa Soal Perluasan Program Nuklir

Bahwa ada negeri kasih sayang yang tak bisa ditaklukkan oleh apa pun dan oleh siapa pun. Namun yang pada saat lain menjadi warna dan aroma yang semakin lama semakin samar menyusup perlahan ke dasar palung bawah sadar untuk kemudian keluar menciotakan sebuah petualangan tanpa peta tanpa musim tanpa cuaca tanpa akhir.

Negeri yang ditegakkan jauh di zaman lampau dan akan tetap berlamgsung di masa depan yang mereka yakini tidak akan ada tepinya.

Tidak ada jarak, tidak akan lagi ada jarak. Karena dengan sangat rapi telah dilipat dengan cermat kemudian dengan sangat hati-hati dimasukkan ke sebuah semesta yang akan kita tinggali. Tanpa bisa disentuh siapa pun. Bahkan oleh juru dongeng yang konon menciptakan kita.

Baca Juga: Cara Pengobatan Morning Sickness Saat Hamil Secara Alami di Rumah

Dalang tidak berpihak kepada nasib. Tetapi kepada takdir.

Kau pasti masih ingat kita pernah suatu saat membayangkan sebuah dongeng tentang waktu yang ujudnya remah-remah yang bisa kita kunyah, telan, dan muntahkan kapan saja agar tetap ada.

Kita menyukai dongeng yang katamu indah itu. Meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya memahami apa maknanya.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler