Produknya juga tersedia di e-commerce Shopee dan Tokopedia, dan melalui media sosial seperti Instagram.
Produk daur ulang heySTARTIC juga dijual secara offline di galeri-galeri toko oleh-oleh Surabaya.
“(Harganya) tergantung barangnya, kalau basic Rp 50.000 sampai Rp 200.000 an, dan kalau ada kombinasi dengan ornamen baru Rp 500 ribu ke atas, dan kalau ada kombinasi dengan kulit maka harganya bisa lebih tinggi lagi,” ucapnya.
Baca Juga: BRI Perkuat Layanan Digital Saving Dukung Ekosistem Pasar Modal Indonesia
Dari penjualan produk daur ulang tersebut, Vania bisa menghasilkan Rp 10 juta-Rp 15 juta per bulan. Produk yang banyak dipesan adalah clutch untuk bawa new normal kit.
Sebetulnya, usaha milik Vania ini juga terdampak pandemi covid-19. Pasalnya, pada awal pandemi yakni tahun 2020 dan tahun 2021, masyarakat dihimbau untuk dirumah saja, sehingga produk fashionnya tidak relevan.
Namun hal tersebut tak mematahkan semangat Vania dan sang Kakak untuk terus berinovasi menghasilkan produk lain yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi pandemi, salah satunya membuat tas belanja dalam rangka menggantikan penggunaan plastik sekali pakai.
Saat ini cukup banyak juga untuk bagi-bagi sembako donasi, gift, hampers, menggunakan kantong heySTARTIC.
Baca Juga: BRI Hadirkan Fitur Konversi Valas di Aplikasi BRImo untuk Jawab Kebutuhan Masyarakat
Kolaborasi dengan BRI