Katherine mengatakan bahwa Eropa dan Denmark memiliki kondisi yang sama yakni kohesi masyarakat, yang berkaitan dengan kesulitan menghadapi keberagaman, akibat banyaknya pekerja migran yang masuk.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Amerika Serikat, negara yang dikenal bangga dalam merayakan keberagaman, secara terpaksa menghadapi disparitas ketimpangan antara ide dan realita sehari-hari.
Padahal, lanjut Katherine, narasi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang disuarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa semua orang yang dilahirkan, mempunyai hak yang sama.
Namun kenyataanya, masih ditemukan adanya ketegangan serta ketimpangan antar suku, agama, kelas, dan bangsa.
Maka dari itu, Katherine sangat mengapresiasi ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila, karena merupakan satu-satunya ideologi yang mampu menyatukan berbagai suku, agama, ras, dan budaya, dalam satu bangsa yang utuh.***
Baca Juga: Indonesia Ajukan Proposal Dana ke Bank Dunia untuk Persiapan Pandemi Masa Depan