Network
RINGTIMES BALI - Menteri Sosial (Menos) Tri Rismaharini belakangan ini menjadi sorotan, usai mengisi acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jakarta, pada Rabu, 1 Desember 2021.
Dalam momen tersebut, Mensos Risma memaksa seorang anak penyandang disabilitas untuk berbicara di depan umum. Hal itu pun hingga kini menuai kecaman dari berbagai pihak. Salah satunya dari aktivis Tuli dan juru bahasa, Surya Sahetapy.
Melalui beberapa postingan di akun Instagram pribadinya, Surya Sahetapy sangat menyayangkan sikap Audism yang dilakukan Mensos Risma. Dia pun mengaku tidak sependapat dengan ucapan yang dilontarkan Risma saat itu.
Baca Juga: Mensos Risma Bantah Hapus Data Penerima Bansos
“Saya dukung sikap kerja dan integritas bu Risma untuk Indonesia, tetapi tidak dari sudut pandang pandang beliau tentang Tuli-HoH, Bahasa Isyarat, Budaya Tuli-HoH dan aksesibilitas,” ujar anak ketiga dari Dewi Yull ini, melalui akun instagram @suryasahetapy, Kamis, 2 Desember 2021.
“Menarik untuk mengetahui bahwa mengapa Tuhan menciptakan bahasa pencipta juga? Tak bisa bicara. Tahun ini tahun berapa sih? 1880 kan? Semoga “sikap audism” tidak ada di keliling kita,” sambungnya.
Dalam unggahan selanjutnya, Surya menjelaskan tentang sikap makna Audisme yang kepemimpinan masih sering terjadi di sekitar kita.
Baca Juga: Mensos Risma Salurkan Bansos, Adukan jika Dirimu Gak Dapat di Sini
“Audism adalah bentuk pemikiran seseorang yang menganggap orang yang dapat mendengar lebih superior daripada orang Tuli. (Tom Humphries, 1975),” tulis Surya dalam keterangan postingannya.
Dalam postingan terbarunya hari ini, Surya mengajak masyarakat hingga pejabat negara untuk meningkatkan pengetahuan tentang sikap Audisme agar tidak terulang kembali.
