Kemudian Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Armada ke-7 angkatan laut AS pada hari Senin mengatakan kapal itu mendarat di gunung bawah laut yang belum dipetakan saat beroperasi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik.
Constant Phoenix didampingi oleh pesawat E-8C Joint Surveillance Target Attack Radar System, dua pesawat patroli maritim P-8A, dan satu pesawat perang elektronik dan pengintaian EP-3E, menurut gambar satelit yang dirilis oleh think tank.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Laut China Pernah Dikuasai Kalajengking Sebesar Anjing
Ridzwan Rahmat, analis pertahanan utama di publikasi militer Janes, mengatakan pengerahan Constant Phoenix mungkin merupakan upaya untuk memeriksa atmosfer untuk setiap bahan radioaktif.
“Ini bisa menjadi tindakan pencegahan oleh AS untuk memahami jika ada kebocoran bahan radioaktif dari tabrakan,” kata Rahmat yang dilansir dari SCMP.
Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong, juga percaya bahwa misi tersebut dapat ditujukan untuk memeriksa apakah kebocoran nuklir disebabkan oleh tabrakan tersebut.
Baca Juga: Wanita di China Pasang Cetakan di Kepala Bayi Demi Dapat Kesempurnaan
"Dan, jika ini adalah tujuan sebenarnya, itu menunjukkan tabrakan itu parah hingga AS khawatir dan mengirim pesawat untuk mengumpulkan lebih banyak informasi," kata Song.
Namun, bisa juga ada penjelasan lain yang mungkin, katanya. "Mungkin AS khawatir China telah melakukan beberapa uji coba nuklir bawah air, dan Washington menerbangkan pesawat ke sini untuk mengonfirmasi."
Kapal selam serangan nuklir yang rusak ditambatkan di Guam dengan bagian hidungnya dihilangkan, menurut foto yang diambil pada 20 Oktober oleh Planet Labs, sebuah perusahaan pencitraan Bumi swasta AS.