RINGTIMES BALI - Pesawat tujuan khusus AS, Constant Phoenix, diprediksikan berada di wilayah Laut China Selatan untuk memeriksa bahan radioaktif hingga ledakan nuklir, kata pakar militer.
Hal tersebut diketahui setelah think tank yang berbasis di Beijing mengutip gambar satelit untuk melaporkan lima pesawat pengintai AS yang beroperasi di daerah itu pada akhir pekan.
Ini terjadi sebulan setelah kapal selam nuklir Angkatan Laut AS menabrak objek tak dikenal saat tenggelam di perairan internasional di Laut China Selatan, mendorong China untuk menyatakan keprihatinan serius tentang kebocoran nuklir.
Baca Juga: KTT G20, Joe Biden Tuding China, Rusia, Arab Saudi Tak Lakukan Sesuatu soal Perubahan Iklim
Misi utama untuk Boeing WC-135 Constant Phoenix, yang dijuluki nuke sniffer adalah mengumpulkan sampel atmosfer untuk mendeteksi dan mengidentifikasi puing-puing radioaktif dari ledakan nuklir.
“Sangat jarang WC-135 datang ke wilayah Laut Cina Selatan. Aktivitas terakhirnya di kawasan itu dimulai pada Januari 2020,” kata South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, sebuah think tank maritim yang berbasis di Beijing, dalam akun resmi WeChat.
Sedikitnya 11 pelaut di kapal selam serangan nuklir USS Connecticut terluka dalam kecelakaan bawah laut pada 2 Oktober.
Sebuah citra satelit baru-baru ini menunjukkan bagian hidung kapal selam itu dilepas, menunjukkan bahwa kapal itu mungkin mengalami kerusakan akibat tabrakan langsung.
Baca Juga: China Sebut Laporan Inteljen AS Soal Asal Usul Covid-19 Tak Ilmiah
China mengecam kurangnya perincian tentang kecelakaan itu sebagai perbuatan tidak bertanggung jawab dan apakah itu menyebabkan kebocoran nuklir yang akan mencemari lingkungan laut.