Demi Tangkap Oposisi Belarusia, Pesawat Ryanair Terpaksa Mendarat Darurat Usai Dapat Ancaman Bom

- 25 Mei 2021, 06:19 WIB
Ilustrasi. Pesawat Ryanair dari Athena terpaksa mendarat darurat di Minks usai mendapat ancaman bom
Ilustrasi. Pesawat Ryanair dari Athena terpaksa mendarat darurat di Minks usai mendapat ancaman bom /Pixabay.com/

RINGTIMES BALI - Demi tangkap seorang jurnalis oposisi, Pesawat Ryanair terpaksa mendarat darurat dari Athena ke Minsk, Belarusia setelah pesawat itu menerima ancaman bom.

Ancaman bom terhadap pesawat Arya air itu ternyata taktik otoritas Belarusia untuk menangkap tokoh oposisi Roman Protasevich yang menjadi salah satu penumpang pesawat tersebut.

Protasevich merupakan seorang tokoh oposisi anti-Presiden Belarusia Alexander Lukashenko yang tinggal di pengasingan. Dia ditangkap di Minsk saat pesawat mendarat darurat pada hari Minggu 23 Mei 2021.

Baca Juga: Masjid Al Aqsa Makin Tegang Usai Kelompok Yahudi Masuk Dikawal Polisi Israel

Protasevich sendiri sebelumnya bekerja langsung untuk outlet propaganda yang didanai Washington, yang mendukung tujuan kebijakan luar negeri AS di Eropa Timur dan Tengah.

Tahun lalu, dia dipekerjakan sebagai pemimpin redaksi Nexta Live, saluran Telegram yang berbasis di Polandia, yang sebelumnya juga dinyatakan oleh pemerintah sebagai organisasi ekstremis.

Dia dimasukkan dalam daftar buronan internasional oleh otoritas Belarusia pada November, dituduh membantu mengatur protes anti-pemerintah menyusul pemilihan presiden musim panas lalu. Dia juga dituduh menghasut permusuhan sosial dan perselisihan.

Baca Juga: Kabar Duka Landa India, 300.000 Warga Meninggal Akibat Covid-19 hingga Kekurangan Vaksin

Permintaan Polandia untuk menyerahkannya ke penegak hukum di Minsk, bersama dengan pendiri Nexta Live, Stepan Putilo, tidak didengarkan.

Pada hari Minggu, Kementerian Dalam Negeri Belarusia membuat pengumuman mengejutkan tentang penangkapan Protasevich, di mana tokoh oposisi Svetlana Tikhanovskaya mencap langkah tersebut sebagai "sebuah operasi oleh layanan khusus untuk membajak sebuah pesawat guna menahan aktivis tersebut".

Tikhanovskaya sendiri tinggal di Lituania, setelah meninggalkan Belarusia tak lama setelah pemilu tahun lalu, di mana dia mencalonkan diri sebagai kandidat calon presiden melawan Lukashenko.

Baca Juga: AS Krisis Boba akibat Covid-19, Bisnis Bubble Tea Terancam

Situasi itu dimungkinkan setelah Protasevich menaiki penerbangan dari Yunani ke Lituania. Sebagian dari perjalanan melewati wilayah Belarusia dan tak lama sebelum meninggalkan wilayah udara negara itu pesawat yang dioperasikan oleh Ryanair Irlandia, melakukan putar balik dan mengubah tujuannya ke Minsk.

Pejabat di Bandara Internasional Minsk mengatakan kru pesawat meminta pendaratan darurat setelah menerima ancaman bom di dalam pesawat.

“Sejauh ini informasi tentang bahan peledak yang ditanam belum bisa dikonfirmasi. Pakar bom sedang bekerja di bandara, para penumpang menjalani pemeriksaan pra-penerbangan berulang kali,” kata juru bicara bandara.

Baca Juga: Ekstremis Yahudi Siap Serbu Masjid Al Aqsa Karena Tak Puas Genjatan Senjata

Namun, sekutu Protasevich mengeklaim bahwa agen dari layanan keamanan negara KGB menargetkan aktivis itu di Athena dan semacam provokasi dilakukan di pesawat yang mendorong pengalihan rute.

Sayangnya bagi Protasevich, insiden tersebut membawanya langsung ke tangan penegak hukum Belarusia, yang mengakibatkan penangkapannya.

Saluran Telegram yang dianggap dekat dengan pemerintah Belarusia mengeklaim bahwa Presiden Lukashenko secara pribadi mengizinkan pengiriman jet tempur MiG-29 dari Angkatan Udara Belarusia untuk mengawal pesawat sipil tersebut.

Hal ini ditafsirkan oleh rekan Protasevich sebagai pengakuan diam-diam bahwa pemerintah berada di balik situasi yang mendorong pengalihan penerbangan Ryanair.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Pilih Asik Makan Mie Usai Diabaikan PDIP, 'Satu Kurang Dua Kebanyakan'

“Lukashenko dan Angkatan Udara memaksa pesawat Ryanair untuk berbelok dan mendarat di Minsk. Itu adalah pembajakan," tulis Nexta Live dalam laporannya tentang situasi tersebut.

Tikhanovskaya, yang mengklaim sebagai pemimpin sah Belarusia, menyebut peristiwa itu sebagai "operasi intelijen yang jelas."

Dia mengatakan negara asalnya harus dihukum karena itu, termasuk diusir dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).

Presiden Lithuania Gitanas Nauseda mendukung argumen itu, dengan mengatakan pemerintah Lukashenko mengarahkan pesawat untuk mendarat "dengan paksa."

“Saya meminta sekutu NATO dan Uni Eropa untuk segera bereaksi terhadap ancaman yang ditimbulkan terhadap penerbangan sipil internasional oleh rezim Belarusia. Komunitas internasional harus segera mengambil langkah agar hal ini tidak terulang,” katanya dalam pernyataan yang dikutip ringtimes Bali dari Reuters, Senin 24 Mei2021.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah