Network
RINGTIMES BALI - 21 orang meninggal setelah hujan es, hujan beku dan angin kencang yang menghantam pelari saat tengah mengadakan ultra marathon 100 km di bagian pegunungan di China utara.
Dalam insiden tersebut, lebih dari 700 penyelamat dan personel militer menggunakan drone termal dan detektor radar untuk menemukan pelari yang terperangkap badai dalam perlombaan di hutan batu Sungai Kuning dekat Baiyun di provinsi Gansu barat laut.
Dikutip Ringtimesbali.com dari situs The Guardian, dilaporkan dua puluh satu orang tewas dan delapan lainnya luka-luka, kata pejabat dari Baiyin dalam jumpa pers.
Pukul 2 siang waktu setempat, tim penyelamat dikerahkan, namun kondisi cuaca semkin memburuk dan ultramarathon tersebut dibatalkan karena otoritas lokal mengirim banyak penyelamat untuk membantu, tambah Zhang.
Baca Juga: Malaysia Cari 220 Relawan Kucing untuk Diteliti Terkait Penularan Covid-19 dari Hewan ke Manusia
"Insiden ini adalah insiden keselamatan publik yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang tiba-tiba di daerah setempat," katanya, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang provinsi akan menyelidiki lebih lanjut penyebabnya.
Kantor berita Xinhua, melaporkan bahwa suhu di daerah pegunungan tersebut merosot turun lebih jauh pada Sabtu, 22 Mei 2021.
Penurunan suhu yang signifikan telah diramalkan di sebagian besar wilayah Gansu selama akhir pekan, namun ada kemarahan di media sosial China bahwa para pejabat gagal merencanakan cuaca buruk.
“Mengapa pemerintah tidak membaca ramalan cuaca dan melakukan penilaian risiko?” tulis seorang netizen.
Baca Juga: Mengerikan Sungai Gangga di India Berubah Jadi Kuburan Dadakan
