Aksi Protes Kericuhan Marak Terjadi di Eropa Akibat Lockdown

25 November 2021, 15:44 WIB
Aksi protes dan kericuhan marak terjadi di Eropa akibat lockdown. /Tangkapan layar Youtube/Cihangir & Münevver

RINGTIMES BALI – Gelombang protes pecah di beberapa Negara di zona Eropa. Aksi protes ini akibat dampak dari adanya pemberlakuan lockdown daerah yang sempat menjadi topik pemerintah.

Protes ini terjadi di beberapa Negara Eropa seperti Belgia, Prancis, Belanda dan Austria. Demonstran ini beranggapan kalau lockdown yang dilakukan akan mempengaruhi kegiatan masyarakat yang sudah berjalan

Demo ini tidak hanya membuat pemerintah dan pihak keamanan kesulitan namun juga memberikan dampak financial yakni adanya perusakan properti Negara.

Baca Juga: Kerusuhan Pecah di Belanda Usai Penerapan Lockdown Parsial, Puluhan Pengunjuk Rasa Ditangkap

Dikutip dari Npr pada Rabu 24 November 2021, pemerintah di masing-masing Negara memberikan izin untuk menggunakan senjata kepada pihak kepolisian dalam upaya pertahanan diri dari massa demo yang semakin anarkis.

Di Belanda, protes terjadi mulai dari hari sabtu malam waktu setempat yang berlangsung di kota Den Haag.

Para demonstran menyalakan kembang api di seluruh kota tersebut, merusak properti dan melempari petugas dengan batu dan kembang api.

Baca Juga: Wabah Baru Menyebar, China Lockdown Daerah Dalian dan Karantina Mahasiswa Universitas Zhuanghe

Pihak keamanan dan juga polisi menahan demonstran tersebut sampai pukul 1 dini hari waktu setempat.

Kepolisian akhirnya menahan 19 orang yang diduga sebagai dalang demonstrasi tersebut dan dengan 5 petugas kepolisian mengalami luka-luka.

Di kota Brussel Belgia, polisi melaporkan ada sekitar 35 ribu orang turun ke jalan untuk melakukan aksi protes terhadap penguncian parsial untuk menanggulangi wabah Covid-19.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, Austria Terapkan Lockdown

Sebagian besar demonstran yang ikut mengungkapkan kalau mereka menolak larangan mengunjungi restoran atau bar bagi mereka yang belum di vaksin.

Di Negara yang berbeda, setelah Austria menjalankan lockdown pada negaranya, demo pun pecah dan menyebabkan sekitar 6.000 orang berkumpul di Kota Linz untuk menolak kebijakan lockdown tersebut.

Sehari sebelumnya, sekitar 40 ribu orang melakukan demonstrasi di kota Wina Austria untuk melakukan demonstrasi yang sama.

Baca Juga: Lockdown di India Tidak Mempan Atasi Covid-19, Polusi Udara Justru Memburuk

Di Negara Prancis, demonstrasi penolakan lockdown juga pecah. Terjadi di kota Guadeloupe, demonstran melakukan aksi anarkis seperti merusak properti dan membakar took-toko serta apotek.

Pada saat demonstrasi tersebut, pihak kepolisian menangkap sekitar 38 orang demonstran yang diduga sebagai pelopor aksi anarkis sedangkan pihak kepolisian, 2 petugas mengalami luka-luka

Di tengah aksi tersebut, beberapa pejabat kesehatan merasa khawatir karena banyak Negara harus bersiap menghadapi lebih banyak kasus positif Covid-19 dan kematian yang disebabkan olehnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, India Umumkan Lockdown di New Delhi hingga 7 Juni 2021

Dr. Hans Henri P. Kluge, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia untuk Eropa, mengatakan awal bulan ini bahwa Europe dan Asia Tengah kembali  menjadi "episentrum" pandemi Covid-19.

Dia memperingatkan bahwa kegagalan untuk bertindak dapat mengakibatkan setengah juta kematian pada awal tahun depan. ***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: npr.org

Tags

Terkini

Terpopuler