Warga Korea Utara Patah Hati, Kim Jong Un Muncul ke Publik dalam Kondisi Kurus Setelah Satu Bulan Off

28 Juni 2021, 16:53 WIB
Warga Korea Utara patah hati, presiden mereka Kim Jong Un muncul ke publik dalam kondisi kurus setelah satu bulan off. /Instagram/@kimjongun_official_dprk

RINGTIMES BALI - Presiden Korea Utara Kim Jong Un hampir sebulan penuh tidak pernah muncul ke publik.

Hal ini tentu saja mengundang spekulasi dari berbagai pihak, sebagaimana diketahui media pemerintah di Korea Utara dikontrol dengan ketat.

Mengutip seorang warga Pyongyang yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa semua orang di Korea Utara patah hati setelah melihat gambar Kim tampak 'kurus' .

Baca Juga: Kisah Pria 40 Tahun asal Brazil Selamat dari Kondominium Runtuh di Florida Berkat Pacarnya

Penyebutan yang jarang terjadi di media pemerintah Korea Utara tentang kesehatan pemimpin Kim Jong Un dapat dimaksudkan untuk mencegah spekulasi dan memainkan pengorbanan bersama di tengah kekurangan pangan, kata para analis.

Ketika Kim muncul kembali pada awal Juni di media pemerintah setelah tidak terlihat di depan umum selama hampir sebulan.

Wajah terlihat lebih kurus dan tali jam tangan mewahnya lebih ketat di usianya yang ke 37 tahun. Beberapa pengamat memperkirakan bahwa ia mungkin telah kehilangan hingga 44 pon. Kim, yang tingginya 5 kaki 8, sebelumnya memiliki berat 308 pon.

Spekulasi mengenai kesehatan seorang pemimpin yang memegang pegangan besi di Korea Utara pun beredar.

Baca Juga: Sungai Gangga di India Kini Jadi Kuburan Covid-19, Banyak Mayat Bergelimpangan

"Jika pengamat luar mengetahui perubahan penampilan Kim, Anda bisa bertaruh bahwa rakyat Korea Utara juga menyadarinya, dan lebih cepat," kata Christopher Green, spesialis Korea di Universitas Leiden di Belanda dilansir dari Reuteurs.

Tidak jelas apakah penurunan berat badan Kim disebabkan oleh penyakit, atau apakah dia memutuskan bahwa sudah waktunya untuk menjadi bugar, dan niat di balik liputan media pemerintah tidak diketahui, kata Jenny Town, direktur proyek 38 North yang berbasis di AS, yang memantau Korea Utara.

Tampak penampilan Kim disorot dimana dalam pakaian yang tidak pas sehingga nampak aneh, karena kacamatanya terlihat berat badannya turun.

Kim telah mengakui situasi pangan di negaranya yang dapat memburuk jika panen tahun ini gagal.

Baca Juga: Terungkap, Kim Jong Un Ternyata Pernah Nyaris Tewas dari Sasaran Rudal AS

Hal ini tentu akan memperburuk masalah ekonomi di tengah pembatasan perbatasan yang diberlakukan sendiri dan pembatasan pergerakan yang telah memperlambat perdagangan.

"Alasan yang paling mungkin mereka akan menyebutkan penurunan berat badannya dengan cara ini, menurut pendapat saya, terkait dengan tindakan perbatasan terkait Covid-19 yang sedang berlangsung," kata Chad O'Carroll, CEO Grup Risiko Korea yang berbasis di Seoul.

"Terlepas dari motivasi penurunan berat badan Kim yang cepat, tampaknya ada nilai propaganda dalam menunjukkan bahwa bahkan pemimpin Korea Utara mengalami kekurangan pangan yang sama yang melanda negara saat ini," cetusnya.

Rezim mungkin bermaksud dari awal untuk menekankan fakta bahwa Kim bekerja keras untuk rakyat pada saat kesulitan yang meluas, atau pesannya mungkin merupakan konsekuensi yang tidak diinginkan dari penampilan Kim yang tak terhindarkan, kata Green.

Baca Juga: Terungkap, Kode Rahasia Indonesia Diduga Target Sabotase Korea Utara oleh Intelijen Inggris

Rezim Korea Utara katanya akan menerima kabar dari banyak informan bahwa kondisi Kim tengah dperbincangkan.

Untuk diketahui, pada tahun 2014 dilaporkan bahwa Kim yang mewarisi posisinya dari ayah dan kakeknya sebelum dia menderita "ketidaknyamanan" setelah lama tidak terlihat oleh publik.

Dengan rencana suksesi yang tidak jelas, penurunan kesehatan Kim yang tiba-tiba dapat membuat sistem kepemimpinan turun temurun Korea Utara yang telah berusia 76 tahun menjadi kacau.

"Ini adalah penurunan berat badan yang besar, dan kesehatannya penting untuk fungsi dan nasib negara, itulah sebabnya orang-orang mengawasi ini dengan cermat," kata Town of 38 North.***

 

 

 

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler