Sadis, Begini Kronologi Gugurnya Jenderal Ahmad Yani dalam Peristiwa G30S PKI

- 28 September 2020, 18:59 WIB
Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani /Pinterest


RINGTIMES BALI -
G30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), atau juga Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) tahun 1965.

Ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia berserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta (yang hampir sekaligus).

Salah satu yang terbunuh adalah Jenderal TNI Ahmad Yani. Dia sempat berdebat dengan antek PKI saat rumahnya dikepung tentara PKI.

Baca Juga: 3 Fakta Ketua Tokoh PKI D.N Aidit Dibongkar Sang Anak, Salah Satunya Pernah Curhat ke Gusdur

Namun, perdebatan itu justru membuat sang jenderal kehilangan nyawa usai ditembak salah satu tentara.

Berikut kronologi tertembaknya Jenderal TNI Ahmad Yani yang dirangkum dari sejarahtni.mil.id pada Senin 28 September 2020:

Sekitar pukul 05.00 tanggal 1 Oktober 1965. Jenderal Ahmad Yani mendapatkan kabar bahwa ada utusan yang ingin menemuinya. Akhirnya dia segera bangun dan keluar ke ruang tamu belakang untuk menemui utusan tersebut.

Baca Juga: Peristiwa Penting di Tanggal 28 September, PBB Keluarkan Resolusi hingga Gempa 7,4 SR

Tidak ada rasa curiga saat itu, sebab yang datang itu adalah anggota Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden sendiri.

Sersan Raswad kala itu memakai tanda pangkat Kapten melaporkan bahwa, Jenderal Ahmad Yani diperintahkan Presiden segera menghadap ke Istana.

Padahal pada tanggal 30 September malam, sejumlah prajurit Tjakrabirawa akan melakukan aksi penculikan terhadap enam jenderal dan satu orang kapten.

Baca Juga: Deretan Peristiwa Sejarah di Balik HUT Kota Bandung Hari Ini, 25 September

Tentara tersebut ngotot meminta Jenderal Ahmad Yani untuk bergegas ke istana presiden. Bahkan Jenderal tidak di izinkan untuk sekedar mandi atau memakai pakaian.

oleh karena itu Jenderal Ahmad Yani menjadi murka. Ia membalikkan badannya dan menampar prajurit yang berdiri persis di belakangnya, lantas ia melangkah masuk ke ruangan tengah sambil menutup pintu kaca.

Sersan Giyadi yang berdiri di samping Dokrin atau orang yang tadi ditampar, segera melepaskan tembakan ke arah Jenderal Ahmad Yani yang sedang membelakanginya.

Baca Juga: Peristiwa Hari Ini: Mengenang Peristiwa Perobekan Bendera Merah Putih di Hotel Yamato Surabaya

Peluru itupun segera menembus permukaan kulitnya, berkali - kali peluru itu ditembakkan. Tidak ada satupun orang yang berani keluar kala itu untuk membantunya. Antek PKI itu mengancam akan membunuh mereka jika berani melawannya.

Akhirnya tubuh Jenderal Ahmad Yani diseret keluar, tidak ada yang tahu kemana mereka membawanya pergi.

Selanjutnya ada Informasi mengenai keberadaan 7 korban PKI beserta Jenderal Ahmad Yani. Informasi itu mengarah pada sebuah rumah atau pondok kecil di Lubang Buaya yang didekatnya terdapat sebuah pohon besar.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Dilakukan pencarian di sekitarnya dan ditemukan sebidang tanah yang sudah tidak digunakan, tetapi terlihat tanda mencurigakan seperti baru dipakai.
Di tempat itu, tumpukan dedaunan dikorek-korek dan terlihat permukaan sebuah sumur tua.

Penggalian sulit dilakukan karena lubang sumur itu hanya pas untuk satu orang, proses penggalian memakan waktu lama.
Hari mulai gelap, belum ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan.

Ternyata Jenazah Tokoh Angkatan Darat dan ayah dari delapan orang anak itu dimasukkan ke  dalam sebuah sumur tua di Lubang Buaya.Ke dalam sumur yang sama, dimasukkan pula korban-korban lainnya.***

 

Editor: Tri Widiyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x