Ancaman Potensi Tsunami Semakin Nyata, BMKG Jalankan Skema Skenario Sunda Trench, Apakah Itu?

6 Oktober 2020, 15:51 WIB
ilustrasi Sunda Trench atau Palung Sunda, dimana BMKG mencatat lokasi ini berpotensi terjadinya gempabumi dan tsunami di Indonesia /pemburuombak/

RINGTIMES BALI - Adanya potensi gempabumi dan tsunami setinggi 20 meter di wilayah pesisir Jawa, BMKG menggelar latihan mitigasi dan evakuasi IOWave20 untuk merespon sistim peringatan dini tsunami.

Biasanya latihan mitigasi gempabumi dan tsunami ini dilakukan dua tahun sekali dengan tatap muka, namun akibat Covid-19, latihan gempabumi dan tsunami kali ini dilakukan secara virtual.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan IOWave20 dilaksanakan sesuai dengan Guideline UNESCO No.105.

Baca Juga: Waspada Tsunami! BMKG Catat Gempa Indonesia Melonjak Drastis hampir 12 Ribu Kali

“Untuk pelaksanaan IOWave telah disepakati 3 skenario tsunami untuk IOWave20 yaitu di Sunda Trench (Indonesia), Andaman Trench (India), dan Makran Trench (Iran). Namun Indonesia hanya akan berpartisipasi dalam skenario Sunda Trench, khususnya di selatan Pulau Jawa dengan gempabumi magnitudo M9.1 dengan kedalaman 10 km”, ujarnya.

Lalu apakah Sunda Trench itu? Dikutip RINGTIMES BALI dari wikipedia Sunda Trench atau Palung Sunda atau Palung Jawa adalah palung yang terletak di timur laut samudera Hindia dengan panjang 2.600 kilometer dan kedalaman maksimum 7.725 meter. Palung ini merupakan palung terdalam kedua di samudera Hindia.

Hal ini yang membuat BMKG membuat skenario kejadian gempabumi di Selatan Jawa, dengan magnitudo 9.1 lantaran di lokasi inilah diduga asalnya potensi gempabumi dan tsunami berasal.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Kegiatan IOWave ini sendiri, kata Rahmat dapat mengevaluasi tautan komunikasi di setiap daerah terkait operator 24/7, termasuk kelengkapan alat komunikasi dan kesiapan stakeholder dalam menerima serta memahami peringatan dini tsunami dari BMKG melalui sarana diseminasi WRS NewGen yang sudah dipasang di kantor BMKG, BPBD, dan Media di seluruh Indonesia yang berjumlah 147 lokasi.

Rahmat berharap melalui kegiatan ini akan ada evaluasi SOP terhadap perkembangan sarana diseminasi WRS NewGen dan penerapan sistem mitigasi di masa pandemi serta memastikan kesiapan stakeholder dalam menerima informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami.

Sementara Kepala BMKG yang juga menjadi Chair Inter-Government Coordination Group Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG-IOTWMS) Prof. Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya melaksanakan gladi evakuasi ataupun TTX, mengingat berdasarkan data BMKG, terjadi lonjakan kejadian gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Tips Aglonema Cepat Beranak-pinak, Jangan Buang Cucian Air Beras!

“Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan,” jelas Dwikorita.

Hal tersebut perlu diwaspadai, karena sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempabumi. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi.

“Jadi intinya kita harus selalu waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami. Inilah yang membuat kita harus selalu berlatih agar kita terampil/ cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempabumi dan tsunami,” lanjutnya.***

Editor: Tri Widiyanti

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler