Penyerangan di Solo, Lunturnya Toleransi di Tengah Pandemi

12 Agustus 2020, 11:55 WIB
Tangkapan layar aksi penyerangan di Solo, Sabtu 8 Agustus 2020./* /

RINGTIMES BALI - Sebuah penyerangan kepada sekelompok orang yang baru usai melakukan doa bersama menjelang pernikahan di Solo terjadi pada Sabtu 8 Agustus 2020 malam.

Sekelompok penyerang ini diduga berasal dari grup intoleran karena saat beraksi mereka menggunakan penutup muka agar tidak diketahui identitasnya.

Diketahui, pra pelaku datang dan tiba tiba langsung berusaha membubarkan acara doa yang digelar warga di Pasar Kliwon Solo tersebut.

Baca Juga: Teror di UNY? Benda Diduga Bom Ditemukan di Kampus UNY, Polisi Selidiki

Oleh karena kejadian itu, ada tiga korban luka - luka yang langsung dibawa ke rumah sakit, selain itu para pelaku merusak lebih dari 4 kendaraan yang berada di lokasi.

Kapolresta Solo Kombes Andy Rifai mengatakan “Kami mendapat informasi bahwa dari kelompok intoleran itu melakukan (inaudible) lah ke rumah salah satu warga. Dengan mengangap kegiatan yang menurut mereka tidak sesuai.”

Dia juga menerangkan bahwa polisi akan langsung melakukan negosiasi kepada kelompok tersebut untuk membubarkan diri.

Baca Juga: Indonesia Terancam Memasuki Jurang Resesi : Mengapa dan Apa Hubungannya dengan Pandemi Ini?

Sementara itu, atas aksi penyerangan tersebut yang diketahui belakangan kediaman Habib Umar Assegaf di Jalan Cempaka, Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo pada Sabtu, 8 Agustus 2020 malam, mendapat perhatian dari Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo.

Dengan tegas, Rudy mengecam peristiwa buruk itu karena insiden itu hanya membuat citra Solo yang dikenal dengan kota pluralisme dan penuh toleransi menjadi seketika luntur.

"Kita kan dari dulu sudah mengumpulkan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, untuk menciptakan iklim yang kondusif di Kota Solo ini," ungkap Rudyatmo dalam pernyataan yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI pada Rabu, 12 Agustus 2020.

Baca Juga: 17.845 Kuota Disiapkan, Ayo Daftar dan Ikuti Upacara Virtual HUT ke-75 RI! Simak Caranya

Lebih lanjut, Walikota yang akrab disapa Rudy itu mengaku sudah rutin menyampaikan kepada semua pihak untuk melakukan koordinasi saling menghargai dan menghormati, meski memang ada perbedaan tetapi semua harus bersatu dalam nama bangsa Indonesia.

Untuk itu, Rudy meminta penegak hukum untuk mengusut kasus ini sampai tuntas, sekaligus berharap kejadian yang ada di Pasarkliwon tidak diributkan lagi karena sudah ditangani oleh pihak kepolisian.

"Apapun yang dilakukan oleh warga masyarakat kan sesuai dengan UUD. Negara kan jelas melindungi, jadi negara ini melindungi tumpah darah masyarakat. Untuk itu dengan adanya kejadian kemarin tentunya diusut sesuai dengan aturan hukum yang berlaku," ujar Rudy.

Baca Juga: Polri Gelar Perkara Kasus Djoko Tjandra Minggu Ini, Satu 'Saksi Kunci' Juga Dipanggil

Dengan demikian, kejadian intoleransi itu harus menjadi yang terakhir di Kota Solo, sehingga bila nanti ada permasalahan perbedaan pendapat maka lebih baik duduk bersama untuk musyawarah mencari solusi terbaik.

"Yang paling utama adalah saling menghargai dan menghormati sesama," ujarnya.

Sebagaimana dikutip dari artikel PikiranRakyat-Cirebon.com dengan judul "Solo Meradang, Walkot Rudyatmo Kecam Kasus Intoleransi Hanya Buat Citra Pluralisme Luntur" yang dikutip dari situs RRI.

Baca Juga: Akhirnya, Kejagung Tetapkan Jaksa Pinangki Tersangka Kasus Djoko Tjandra

Saat ini, kasus itu sedang ditangani polisi dengan mengindentifikasi pelaku-pelaku lain yang diduga melakukan penyerangan pada kejadian tersebut.

"Kami menyampaikan di sini, saya berikan dua kesempatan dua. Menyerahkan diri dengan baik, kami akan perlakukan dengan baik, atau kami akan menangkap dengan cara kami," ujar Andy.

Sementara itu, kasus intoleransi itu sudah dipindahtangankan untuk diselidiki Polda Jateng dengan lima pelaku sudah diamankan pihak kepolisian.***

 

Editor: Triwidiyanti Prasetiyo

Sumber: RRI Pikiran Rakyat Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler