Korban Tanah Longsor di Jawa Barat Salah Satunya Adalah Kepala BPBD

19 Januari 2021, 18:20 WIB
ilustrasi bencana tanah longsor /Pixabay

RINGTIMES BALI – Korban tanah longsor yang terjadi di Jawa Barat Salah Satunya merupakan Kepala BPBD.

Tanah longsor merupakan beberapa rentetan bencana yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia yang memiliki bukit-bukit tinggi atau berada di wilayah geografis yang berada di dataran tinggi.

Di Pulau Jawa, beberapa kejadian bencana tanah longsor terjadi karena curah hujan yang tinggi dan disebabkan oleh kondisi tanah yang tidak stabil.

Baca Juga: Hujan Deras di Tabanan Sebabkan Longsor dan Pohon Tumbang, 3 Warga Terjebak

Fakta bahwa sejak gempa Lombok dan Palu di akhir tahun 2018 adalah adanya pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan adanya tanah yang tidak stabil.

Dilansir dari Nytimes.com, dua kejadian tanah longsor di Pulau Jawa menewaskan sedikitnya dua belas orang.

Salah satu dari korban yang tewas dalam bencana tersebut adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan sekaligus Kapten Angkatan Darat Indonesia akibat terjebak longsor saat melakukan penyelamatan korban longsor.

Baca Juga: Bencana Longsor di Sumedang, Kemensos Salurkan Bantuan Rp1.503 Miliar

“Pada gelombang pertama, longsor disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi tanah yang tidak stabil,” kata Raditya juru bicara BNPB

Longsor gelombang pertama dapat mengubur puluhan rumah. Lalu longsor susulan terjadi saat tim BPBD yang bertugas untuk mengevakuasi korban.

Faktanya, menurut BPBD setempat yang turun tangan adalah longsor gelombang kedua lebih besar daripada longsor gelombang pertama.

Tanah longsor sering terjadi di Indonesia. Negara yang memiliki berbagai macam situasi geografis yang cenderung banyak ke wilayah yang dataran tinggi dan memiliki berbagai macam jenis bukit.

Baca Juga: Breaking News, Banjir dan Longsor Kepung Enam Kecamatan di Aceh Barat Daya

Adanya penggundulan hutan dan operasi penambangan emas skala kecil yang ilegal juga merupakan alasan yang menyebabkan tanah tidak stabil.

Presiden Indonesia, Joko Widodo atau kerap disapa Jokowi menjelaskan bahwa pola bencana tanah longsor dan banjir sering terjadi sejak Oktober 2020 dan kebanyakan dikarenakan pola cuaca berkala yang dikenal sebagai La Nina.

Istilah tersebut merujuk pada fenomena alam bahwa suhu permukaan air laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di Garis Khatulistiwa mengalami penurunan tiga hingga lima derajat celcius dari suhu normal.

Baca Juga: Banjir Kepung Kota Malang dan Nunukan, Ratusan Rumah Terendam, Ribuan Orang Mengungsi

Jokowi juga menegaskan bahwa masyarakat perlu untuk mengantisipasi kemungkinan bencana hidrometeorologi.

“Saya ingin kita semua bersiap mengantisipasi kemungkinan bencana hidrometeorologi,” Kata Presiden saat itu.

Petugas bencana setempat juga melaporkan bahwa di hari Minggu kemarin, petugas masih berupaya untuk menemukan berapa banyak jumlah orang yang hilang. Laporan terkininya yaitu ada delapan belas orang terluka yang sudah ditemukan.***

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Nytimes

Tags

Terkini

Terpopuler