Dokter Sebut Pasien Hemofilia Punya Kemungkinan Mengalami Disabilitas

20 Juli 2023, 21:03 WIB
Ilustrasi gambar disabilitas/freepik /Dita Nilan Karlasari/

RINGTIMES BALI- Dokter spesialis anak subspesialis hematologi onkologi asal RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Novie Amalia Chozie, SpA(K) menyebutkan bahwa pasien hemofilia punya kemungkinan mengalami disabilitas.

Menurut Novie, disabilitas pada pasien hemofilia terjadi jika pendarahan di sendi maupun otot pasien, tidak diatasi dengan baik. Hal tersebut lama-lama bisa menjadi pemicu rusaknya persendian ataupun otot pasien.

“Disabilitas itu terjadi kalau pendarahan di sendi atau di otot tidak diatasi dengan sempurna, sehingga lama-lama bisa menjadi rusak sendi atau ototnya,” ucap Novie, dikutip dari Antara, Kamis 20 Juli 2023.

Hemofilia sendiri merupakan penyakit pembekuan darah genetik yang disebabkan karena tubuh kekurangan faktor pembekuan dalam darah.

Adapun gejala penyakit hemofilia diantaranya luka dengan pendarahan yang sulit berhenti, mudah mengalami memar, bengkak pada sendi siku maupun lutut, hingga mudah mengalami nyeri.

Lebih lanjut dijelaskan Novie bahwa, walaupun disabilitas lebih banyak terjadi pada pasien hemofilia dengan derajat berat, tak menutup kemungkinan untuk bisa terjadi pada hemofilia derajat ringan, jika pasien tidak mendapat terapi yang benar.

Ada dua faktor utama yang menjadi pemicu terjadinya disabilitas pada pasien hemofilia, tegas Novie, yang pertama dari sudut pandang pasien, dan yang kedua dari sudut pandang penanganan yang didapatkan.

Kalau dari pasien, lanjut Novie, ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan rutin serta aktivitas yang dilakukan pasien hemofilia itu sendiri, yang menjadi pemicu terjadinya disabilitas.

Sedangkan dari sisi penanganan, bisa terjadi jika dosis obat yang diterima pasien penderita hemofilia kurang dari dosis yang seharusnya diterima. Selain itu, keterampilan serta pengetahuan dokter yang menangani pasien, juga bisa berpengaruh, ucap Novie.

Novie menjelaskan bahwa terkait tatalaksana hemofilia, sudah tersedia banyak terapi, yang dapat digunakan, diantaranya ada terapi profilaksis yakni terapi dengan memberikan konsentrat berupa faktor pembekuan darah dan ada juga terapi non-faktor seperti emicizumab dan terapi gen.

Terapi-terapi maupun pengobatan tersebut, bisa menjadi efektif jika ditunjang dengan kepatuhan pasien serta penanganan yang tepat oleh tenaga dokter yang kompeten dibidangnya.***

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Bawaslu Bali Beri Porsi Sosialisasi Lebih untuk Penyandang Disabilitas

Editor: Dian Effendi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler