Polusi Udara Berpotensi Mematikan, Berikut Penjelasan Ahli

- 1 Agustus 2020, 15:34 WIB
/

RINGSTIME BALI - Virus Corona sudah hampir menyeliputi seluruh belahan dunia dan menimbulkan banyak masalah disetiap negara.

Pandemi Virus Corona yang awalnya muncul dari Wuhan, China kemudian dikonfirmasi bahwa penyebarannya dapat dengan cepat dari satu orang ke orang lain serta sangat berbahaya.

"Meskipun ancaman virus corona sangat serius dan pantas mendapatkan perhatian lebih yang diterimanya mungkin di beberapa tempat pencemaran udara lebih banyak," ujar Michael Greenstone, the Milton Friedman Distinguished Service Professor and creator of the AQLI.

Baca Juga: Aneh, Terdapat Empat Luka Tusukan di Tubuh Yodi Prabowo, Ini Faktanya

Data baru dari Air Quality Indeks (AQLI) mengungkapkan polusi udara memotong harapan hidup global selama hampir 2 tahun, dikutip Pikiran-Rakyat.com melalui Daily Mail.

Hampir seperempat populasi dunia tinggal di 4 negara Asia selatan yang termasuk yang paling tercemar yaitu Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan.

AQLI menemukan bahwa populasi ini akan melihat rata-rata umur mereka dipotong 5 tahun, setelah terpapar pada tingkat polusi 44 % lebih tinggi dari 20 tahun yang lalu.

Baca Juga: Innallilahi, Adik Gus Dur KH Hasyim Wahid Meninggal Dunia Sabtu Ini

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya dalam artikel Hal Ini Lebih Berbahaya dari Virus Corona dan Dapat Mematikan, Simak Kata Peneliti

Hal ini sangat dikhawatirkan karena partikel yang menyebar dari polusi masuk ke dalam tubuh, yang memiliki dampak yang lebih buruk pada harapan hidup daripada penyakit menular seperti TBC dan HIV / AIDS, pembunuh perilaku seperti merokok, dan bahkan perang.

Penelitian menemukan bahwa meskipun ada pengurangan yang signifikan pada partikel di Tiongkok, yang pernah menjadi salah satu negara paling tercemar di dunia, tingkat keseluruhan polusi udara tetap stabil selama 2 dekade terakhir.

Di negara-negara seperti India dan Bangladesh, polusi udara sangat parah sehingga sekarang memotong rata-rata rentang hidup di beberapa daerah hampir 1 dekade.

Baca Juga: Fakta dibalik Film Perempuan Tanah Jahanam yang Sabet Penghargaan BIFAN

Kualitas udara yang dihirup banyak manusia merupakan risiko kesehatan yang jauh lebih tinggi daripada virus corona.

Berkurangnya polusi udara merupakan suatu hal yang positif, tetapi tidak menutup kemungkinan sepenuhnya terjadi.

Beberapa penelitian telah menunjukkan paparan polusi udara juga merupakan salah satu faktor risiko Covid-19 dan Greenstone mendesak pemerintah untuk memprioritaskan kualitas udara setelah pandemi.***(Kannia Nur Haida Komara / Pikiran Rakyat)

Editor: Moh. Husen

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x