Dilansir Ringtimesbali.com dari kanal YouTube Adjie Santosoputro, terdapat 4 alasan tubuh terus-menerus menginginkan dopamine.
Pertama, to feel goods (untuk merasa baik). Hal ini merupakan respon alami tubuh ketika mendapatkan sensasi hype atau pleasure.
To feel better (untuk merasa lebih baik) juga dapat menjadi pemicu. Dopamine dibutuhkan untuk menanggulangi anxietas atau stressor.
Selain itu, obat atau zat tertentu juga memicu produksi dopamine, bertujuan agar tubuh dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik (to do better).
Faktor curiosity (penasaran) juga dapat memengaruhi. Hal ini terkait dengan pergaulan atau lingkungan yang kurang kondusif.
Baca Juga: Suami Kecanduan Game Online, Lakukan 4 Cara Ini, Dijamin Bisa Berhenti
Adakah kecanduan atau kompulsif yang sifatnya baik?
Kontradiktif dengan pernyataan dr.Jiemi terkait kecanduan umumnya bersifat buruk, Adjie menganalogikan perilaku olahragawan David Beckham (David) sebagai fenomena kecanduan yang bersifat baik.
“David memiliki kompulsif mengambil tendangan bebas, dan dia mengatasi hal itu dengan menendang bola sebanyak mungkin ketika sesi latihan,” ungkapnya.
Dr.Jiemi menyatakan bahwa tidak semua perilaku dapat diidentifikasi di buku pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) ke-5.