Al Qaeda Serukan ‘Jihad’, Prancis Naikan Status Darurat Teror Setelah Pembunuhan di Gereja Nice

30 Oktober 2020, 12:37 WIB
Al Qaeda Serukan ‘Jihad’, Prancis Naikan Status Darurat Teror Setelah Pembunuhan di Gereja Nice /New York Post

RINGTIMES BALI - Seorang migran Tunisia, Brahim Aoussaoui(21), melakukan penyerangan menjelang hari suci Katolik All Saints Day pada hari Minggu.

Ia menyerang jamaah dengan pisau 12 inci di Basilika Notre Dame di Nice.

Lalu melakukan upaya pemenggalan seorang wanita tua di dekat gereja.

Baca Juga: Info Lengkap 64 Link Pengumunan CPNS 2019, Cara Pemberkasan dan Dokumen yang Harus Disiapkan

Bahkan seorang pria berusia 54 tahun, Vincent Laques dibacok saat sedang mempersiapkan Misa pertama.

Bahkan seorang ibu tiga anak, Simone Barreto Silva(44) juga meninggal karena luka-luka yang dideritanya akibat penyerangan.

'Beri tahu anak-anak saya bahwa saya mencintai mereka,” ucap Silva kepada paramedis sebelum ia meninggal, seperti dikutip RINGTIMES BALI dari laman dailymail.

Baca Juga: Dukung Azerbaijan, Armenia Serukan Boikot McDonald dan Burger King

“Dia meneriakkan “Tuhan adalah yang terbesar” dalam bahasa Arab selama serangan itu dan 'saat dalam pengobatan' saat dia dibawa ke rumah sakit,”kata Walikota Nice,Christian Estrosi.

Berdasarkan penyelidikan, Aoussaoui masuk ke Eropa melalui pulau Lampedusa di Italia pada 20 September dan tiba di Paris pada 9 Oktober.

Informasi perjalanan berasal dari dokumen tentang Aoussaoui dari Palang MItaIia.taIia

Baca Juga: Ali Mochtar Ngabalin Peringatkan Sugi Nur, Murni Usman: Siapa yang Kritik Pemerintah Akan Ditangkap!

 DuArmenia Serukan Boikot McDonald dan Burger Kig

Penyelidik menemukan dua pisau yang tidak terpakai, sebuah Alquran dan dua ponsel, selain tas dan beberapa barang pribadi.

CCTV menunjukkan dia tiba di gereja pada jam 8.30 pagi dan tinggal di sana selama hampir setengah jam.

Kepala organisasi SITE men tweet foto yang menunjukkan Aoussaoui berdarah di lantai dan dirawat oleh paramedis setelah dia ditembak 14 kali oleh polisi bersenjata di luar basilika.

Baca Juga: Kritik Mahfud MD dan Moeldoko, Rizal Ramli : Jangan Gitulah, Aktivis Bukan Teroris!

Pembunuhan, yang terjadi menjelang hari suci Katolik All Saints Day pada hari Minggu, mendorong pemerintah Prancis untuk menaikkan tingkat kewaspadaan teror ke tingkat 'darurat' maksimum secara nasional.

Ini menyusul peringatan kekejaman teroris lebih lanjut hanya beberapa hari sebelum amukan gereja, setelah Al-Qaeda menerbitkan siaran pers yang menyerukan 'jihad' (perang suci) atas karikatur Propet Mohammed di surat kabar Charlie Hebdo.

Presiden Emmanuel Macron, yang dengan cepat melakukan perjalanan ke Nice, mengumumkan peningkatan pengawasan gereja oleh patroli militer Sentinelle Prancis, untuk ditingkatkan menjadi 7.000 tentara dari sebelumnya 3.000 tentara.

Baca Juga: Lulus CPNS 2019, Ini 8 Dokumen yang Wajib Diunggah, Login sscndaftar.bkn.go.id

Keamanan di sekolah juga akan ditingkatkan, katanya. "Jelas sekali, itu adalah Prancis yang diserang," kata Macron

"negara tidak akan menyerah pada nilai-nilai kami," janji Macron.

Dia mendukung Gereja Katolik, dengan mengatakan:
,"Seluruh bangsa akan berdiri agar agama dapat terus dijalankan dengan bebas di negara kita"

Baca Juga: Cek Fakta, Pemilik SIM C Dapat BLT Covid-19 Rp900 Ribu

Dia juga menyerukan 'persatuan' mendesak orang 'untuk tidak menyerah pada semangat perpecahan'.

Para pelayat menghadiri acara untuk memberi penghormatan kepada para korban tiga pembunuhan tadi malam.

Mereka menyalakan lilin di luar Basilika Notre-Dame de l'Assomption di Nice dan di depan Kedutaan Besar Prancis di Berlin.

Baca Juga: Geram dengan Ucapan Emmanuel Macron, AHY Anak SBY Dukung Pemerintah RI Bersikap Tegas

Serangan itu terjadi di tengah kemarahan di seluruh dunia Islam pada Presiden Macron karena membela kartun satir Nabi Muhammad.***

Editor: I GA Putu Yuliani Dewi

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler