Rumah Tua Ibu Kota Yaman Roboh di Terjang Hujan Deras

10 Agustus 2020, 20:51 WIB
Pemandangan Kota Tua Sanaa di Yaman, /

RINGTIMES BALI - Rumah kota tua di ibu kota Yaman yang terdaftar di UNESCO roboh akibat terjangan hujan deras yang terus turun seiring dengan badai dan banjir selama berbulan-bulan.

Rumah milik Muhammad Ali al-Talhi, misalnya, roboh sebagian pada Jumat 7 Agustus 2020 ketika hujan lebat mengguyur kota itu, sehingga membuat Muhammad serta enam perempuan dan enam anak dalam keluarganya kehilangan tempat tinggal.

"Semua yang kami miliki sudah terkubur," kata Muhammad di lokasi rumah yang kini dikelilingi oleh puing-puing bangunan kuno bercampur lumpur.

Baca Juga: Agar Makan Sayur Lebih Nikmat, Ini Pilihannya

Sebelum diterjang hujan dan banjir, rumah-rumah terbuat dari bata lumpur berwarna kecokelatan, yang tersebar di lingkungan bersejarah Sana'a sejak sebelum abad 11 Masehi, itu telah lama terancam oleh konflik dan pengabaian.

Menurut pejabat Otoritas Pelestarian Kota-kota Bersejarah, Aqeel Saleh Nassar, warga kota saat ini tidak memelihara bangunan-bangunan tua tersebut sebagaimana dilakukan pada masa lalu. Akibatnya, terjadinya retakan sehingga bangunan menjadi tak kokoh.

Sekitar 5.000 bangunan tinggi di Sana'a mempunyai atap yang bocor, dan 107 lainnya dalam kondisi atap setengah roboh, kata Aqeel. Otoritas juga telah bekerja bersama UNESCO serta badan pendanaan lain untuk melestarikan beberapa bangunan.

Baca Juga: Habis Hina Bupati, Anggota DPRD di Vonis 19 Bulan Penjara

Hujan deras yang turun tahun ini, dimulai pada pertengahan April dan diperkirakan bertahan hingga awal September, telah menambah persoalan di tengah kondisi yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terparah.

Perang selama lima tahun di negara itu hingga kini telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan membuat 80 persen populasi yang tersisa harus bergantung pada bantuan. Selain itu, jutaan orang terancam kelaparan.

Di sisi lain, hujan deras dan banjir juga menyebarkan berbagai penyakit, seperti kolera, demam berdarah, dan malaria yang mengancam di luar wabah Covid-19 yang saat ini terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali di Yaman.

Baca Juga: Miris, Hidup Sendiri di Rumah Kecil dan Bocor, Wanita di Jembrana Ini Pasrah, Hidup dari Jual Tamas

Otoritas kelompok bersenjata Hutsi, yang telah menguasai Sana'a sejak mengusir pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional pada akhir 2014, pekan ini meminta UNESCO untuk menyelamatkan warisan budaya di kota itu.

Mereka menyebut sekitar 111 rumah telah runtuh total atau sebagian dalam beberapa pekan terakhir.

Seorang warga Sana'a, Adel San'ani, pada Sabtu 8 Agustus 2020 mengatakan bahwa ia menyaksikan lima rumah rusak parah.

Baca Juga: Si Jago Merah Menghanguskan Pabrik Bioethanol di Mojokerto.

"Keluarga-keluarga itu tidak punya tempat bernaung. Sebuah bank lokal meluncurkan kampanye untuk menyalurkan lembaran plastik untuk digunakan sebagai atap," kata dia.***

Editor: I Ketut Subiksa

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler