China Berlakukan Lockdown, Seluruh Warga Emosi dan Tuntut Xi Jinping Mundur

27 November 2022, 13:50 WIB
China berlakukan lockdown, seluruh warga emosi dan tuntut Xi Jinping mundur. /Instagram @xijinpingofficialcn/

RINGTIMES BALI – Perluasan kebijakan Lockdown di China khususnya di Kota-kota sekitar selama lebih dari tiga tahun memicu emosi warga China.

Emosi atas perluasan lockdown yang dipendam oleh para demonstran menjadi kekuatan untuk mengutarakan melalui tindakan kritik di media sosial.

Keputusan yang dilakukan oleh para demonstran dinilai sangat berani. Pasalnya, warga china umumnya tidak berani mengkritik partai dan pemimpinnya di depan umum karena takut akan ‘diserang balik’.

Baca Juga: Belarus Berduka, Menteri Luar Negeri Vladimir Makei Meninggal Dunia

Ungkapan dari para warga china sangatlah beragam, baik itu di media sosial atau langsung turun jalan.

“Partai komunis! Mengundurkan diri! Xi Jinping! Mengundurkan diri!,” sorak warga china.

“tidak ada tes PCR, kami ingin kebebasan!, kebebasan!, kebebasan!” slogan warga china.

Baca Juga: Pemilu Taiwan Telah Usai, Tsai Ing-Wen Mundur Pasca Kalah dari Partai Oposisi Nasionalis

Berdasarkan laporan media sosial setempat, tiang lampu penuh akan tempelan catatan yang bertuliskan ungkapan pesan dari warga china.

“kepada teman-teman kami di Urumqi: aku mencintaimu seperti aku mencintai jalan ini, seperti aku mencintai keluargaku,” tulis pada catatan kecil oleh warga china.

Dilansir dari laman The Guardian pada 27 November 2022, beberapa foto dan video yang dilakukan oleh warga china tersebut diketahui dilakukan di daerah Shanghai.

Baca Juga: Jepang Gandeng Amerika Serikat dari Ancaman Serangan Korea Utara

Alasan mereka bersorak terkait Urumqi karena telah terjadi protes setelah demonstrasi meletus pada hari Jumat di Urumqi, ibukota regional wilayah Xinjiang barat jauh.

Tragedi kebaran di sebuah bangunan perumahan. Banyak yang percaya mereka meninggal karena tidak dapat melarikan diri karena pembatasan covid-19 atau lockdown.

Dilaporakan dari beberapa media setempat pula. Terdapat dua mahasiswa yang mengangkat kertas putih di alun-alun kampus pada hari sabtu.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Ucap Hargai Hubungan dengan Korea Utara di Tengah Ancaman Militer

Mereka diketahui bergabung dengan kerumunan siswa yang menyalakan ponsel mereka dan menyanyikan lagu kebangsaan dengan lirik sebagai berikut.

“bangkitlah, mereka yang menolak menjadi budak,” sorak siswa dan mahasiswa pada malam hari tersebut.

“sepuluh ribu tahun untuk orang-orang. Semoga yang mati beristirahat dalam dalam,” teriak kaum muda tersebut.

Baca Juga: Ukraina peringati tragedi Holodomor ditengah ketengangan dengan Rusia

Berbagai tragedi ditengah lockdown yang diperluas oleh Pemerintah China. Terdapat sebuah plakat yang dikenakan di punggung seorang pemuda, Plakat itu bertuliskan.

“saya berada di dalam bus yang terbalik... saya termasuk di antara mereka yang berjalan ratusan mil untuk melarikan diri,” tulis plakat oleh pemuda tersebut.

“saya adalah orang melompat sampai mati, saya adalah orang yang terjebak dalam api. Jika saya bukan orang orang-orang ini, mungkin yang berikutnya adalah saya,”.tambah pemuda tersebut.

Baca Juga: Pertemuan IDPHBC Indonesia dan Filipina, Inilah Topik yang Dibahas

Di Shanghai pesan bertliskan “jangan diam” dikibarkan pada papan reklame merah untuk memperingati 70 tahun universitas ilmu politik dan hukum Tiongkok Timur.

Di lembaga pendidikan lainya, khusunya di Akademi Fil Qindao di Tiongkok timur terdapat kertas yang bertuliskan ucapan duka,

“berduka atas korban kebakaran 24 November 2022. Jangan bersikap acuh tak acuh dan jangan lupa,” tulisnya.

Baca Juga: Dibalik Piala Dunia 2022: Eropa Sesalkan Kematian Para Pekerja Migran Asing di Qatar

Prof Chung Kim-wah, seorang ilmuwan sosial mengatakan bahwa meskipun lockdown meluas, protes bersakala kecil ini tidak dapat mengancam pemerintah pusat.

Dia berharap pemerintah akan menggunakan peredaan dan tindakan keras untuk meredakan ketidakpuasan".***

 

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler