Kecoak Raksasa Ditemukan di Selat Sunda dengan Kedalaman 1.259 M

19 Juli 2020, 12:55 WIB
PENELITI LIPI memegang binatang laut berjenis udang-udangan yang mirip kecoak raksasa.* /Instagram @lkcnhm

RINGTIMES BALI - Krustasea (udang-udangan) yang mirip seperti kecoak dengan ukuran raksasa, ditemukan oleh peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan mendeskripsikan jenis baru. 

Spesies ini diberi nama kecoak laut raksasa yang disebut Bathynomus raksasa ini ditemukan di Selat Sunda dan selatan laut Pulau Jawa pada kedalaman 957-1259 meter di dasar laut.

Temuan ini dikoleksi pada kegiatan ekspedisi South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES) yang merupakan ekspedisi LIPI bersama National University of Singapore.

Baca Juga: Mau Beli Mie Ayam Bayar Seikhlasnya, Disini Tempatnya dan Sempat Viral

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiranrakyat.com dengan judul Peneliti Indonesia Temukan 'Kecoak Raksasa' di Selat Sunda pada Kedalaman 1.259 Meter

Diketahui Peneliti LIPI Prof. Dr. Ir. Dwi Listyo Rahayu dan Peter Ng dari National University of Singapore. menjadi koordinator penelitian ini pada tahun 2018.

Penemuan Menjadi Capaian Penting Keilmuan

Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi mengatakan, penemuan jenis baru Bathynomus raksasa ini dinilai menjadi capaian penting keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu taksonomi.

Baca Juga: BIN Dihapus dari Kemenkopulhukam, Ini Penjelasan Mahfud MD

"Ini merupakan capaian besar seorang taksonomis apalagi jenis spektakuler dari sisi ukuran bahkan ekosistem di mana jenis tersebut ditemukan,” kata Cahyo.

Ia melanjutkan, penemuan ini mengingatkan kita betapa besar potensi keanekaragaman hayati Indonesia yang belum terungkap.

“Masa depan pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia berkejaran dengan laju kepunahan jenis dan mungkin juga taksonom sebagai garda terdepan,” tegas Cahyo.

Baca Juga: Sungguh Keji, Yudi Riswanto Tega Bunuh Kekasihnya Lantaran Cemburu Buta

Alasan Pemberian Nama Raksasa

Pemilihan istilah raksasa sebagai nama jenis mengacu pada ukuran tubuh yang masuk dalam kategori besar (giant) dan sangat besar (super giant) yang dapat mencapai ukuran di atas 15 centimeter di usia dewasa,” jelas Penelitian Biologi LIPI, Conni Margaretha Sidabalok, M.App.Sc.

Ia Menjelaskan, memang ukurannya sangat besar dan menduduki posisi kedua terbesar dari genus Bathynomus.

“Penelitian terdahulu telah menemukan lima jenis Bathynomus berkategori super giant di Samudera Hindia dan Pasifik,” ungkapnya.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Tambah Kewenangan Kemenkopolhukam

Conni juga mengatakan, penemuan spesies pertama dari laut dalam Indonesia ini sangat penting bagi riset taksonomi krustasea laut dalam, mengingat langkanya riset sejenis di Indonesia.

“Bathynomus merupakan salah satu ikon krustasea laut dalam dengan ukuran relatif besar dan tampilan keseluruhan yang khas,” ujarnya.

Morfologi Bathynomus

Bathynomus memiliki tubuh pipih dan keras, walaupun tidak memiliki karapaks atau cangkang keras yang melindungi organ dalam pada tubuh krustasea. Matanya berukuran besar, pipih, dan memiliki jarak cukup lebar di antara keduanya.

Baca Juga: Sungguh Bejat, Suami Tega Jual Istri Lewat Online dengan Tarif Murah

Organ di bagian kepala adalah sepasang antena panjang, sepasang antena pendek di ujung kepala, serta mulut dan anggota tubuh yang bermodifikasi untuk alat makan di segmen bagian bawah kepala. Bathynomus memiliki tujuh pasang kaki jalan dan lima pasang kaki renang.

Identifikasi Bathynomus raksasa dilakukan dari holotype jantan berukuran 363 milimeter dan paratype betina berukuran 298 milimeter.

“Secara umum, Bathynomus raksasa paling mirip dengan Bathynomus Giganteus dan Bathynomus Lowryi dalam rentang ukuran dan karakter di bagian ekor atau pleotelson,” ungkap Conni.

Baca Juga: Gunakan Narkoba, Pesohor Cathrine Wilson Dibekuk Polisi

Dirinya menjelaskan, perbedaan dengan dua jenis tersebut terdapat pada karakter antena, organ ujung kepala, tekstur permukaan, duri ekor dan beberapa karakter lain.

Dia juga mengatakan spesimen tersebut tidak dapat mereka identifikasi ke tingkat jenis, karena karakter diagnostik jenis biasanya belum berkembang pada tahap pra-dewasa atau lebih muda.

"Tetapi yang pasti spesimen ini bukan Bathynomus raksasa karena adanya perbedaan bentuk ekor, ekor samping dan duri ekor,” ujar Conni. ***(

Editor: I Dewa Putu Darmada

Sumber: LIPI

Tags

Terkini

Terpopuler