Penjelasan Buya Yahya soal Lebaran Idul Adha Ikut Pemerintah atau Arab Saudi

8 Juli 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi penjelasan Buya Yahya soal Idul Adha ikut pemerintah atau Arab Saudi. /Kemenag.go.id/

RINGTIMES BALI - Hari Raya Idul Adha 2022 tinggal menghitung hari lagi. Namun, tidak sedikit umat muslim yang bingung untuk mengikuti waktu yang ditentukan oleh pemerintah atau Saudi Arabia.

Seperti yang kita ketahui. Hasil sidang isbat kemarin, disampaikan bahwa 10 Dzulhijjah atau 10 Juli ditetapkan sebagai hari Raya Idul Adha, sedangkan Saudi Arabia merayakan hari Raya Idul Adha pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Lantas bagaimana kita menanggapi perbedaan perayaan hari raya Idul Adha tersebut? Begini penjelasan Buya Yahya.

Baca Juga: Bacaan Takbir Hari Raya Idul Adha Arab dan Latin Lengkap dengan Artinya 2022

"Pertanyaan ini seringkali ditanyakan, perbedaan hari raya dengan Saudi. Pertanyaannya dari mana perbedaan tersebut?" tanya Buya Yahya.

Menurutnya hal yang harus dipahami umat muslim bahwa berkenaan dengan penetapan hari Raya Idul Adha sekaligus di dalamnya ada puasa Arafah.

Meskipun terdapat dalil yang menyatakan larangan berpuasa pada hari Raya, tidak serta merta bahwa puasa Arafah menjadi haram.

Baca Juga: Kemenag RI Imbau Masyarakat Tetap Patuhi Prokes saat Idul Adha

"Sebentar dulu, ini permasalahannya apa. Sebab sekarang banyak yang ramai kalau puasa besok adalah haram. Karena besok di Saudi adalah hari raya," kata Buya Yahya

Padahal permasalahannya menurut Buya perbedaan terjadi karena menetapkan tanggal 1.

Menetapkan tanggal 1 baik bulan ramadhan atau bulan lainnya, adalah dengan hilal.

"Kemudian ulama berbeda pendapat, tapi salah satu ulama mengatakan jika tanggal 1 ada pada di suatu tempat, maka yang lainnya boleh menyeragamkan tanggal 1 itu," jelas Buya.

Baca Juga: 9 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 1443 H Terbaru 2022, Pas untuk Status WA IG Facebook

Jadi tidak ada perbedaan tanggal, tapi boleh diseragamkan.

Misalnya di Indonesia sudah dilihat rembulan hilal tanggal 1, maka dunia semuanya boleh mengikuti. 

Hal tersebut sesuai dengan Mazhab Imam Malik. Sedangkan, Mazhab yang lain seperti Imam Syafi'i. 

"Dalam Mazhab Imam Syafi'i ada perbedaan matlak, jika sebuah wilayah terlihat rembulan yang berbeda maka akan berbeda pula penetapan tanggal 1-nya," ucap Buya Yahya.

Baca Juga: Keutamaan Ibadah Kurban Berdasarkan Hadits, Dosa-dosa Diampuni Bersamaan dengan Tetesan Darah

Kalau kita ingin berpuasa karena melihat rembulan, jika di Indonesia melihat rembulan maka berpuasalah.

Akan tetapi, jika belum atau di tempat lain belum maka tidak berpuasa karena belum melihat rembulan.

Seperti halnya dengan puasa Arafah. Puasa Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, jika Anda berada di Saudi maka puasa Arafah Anda bertepatan dengan hari di mana orang wukuf di Arafah.

Baca Juga: Cara Puasa Ayyamul Bidh yang Jatuh pada Hari Tasyrik Kata Ustad Syafiq Riza Basalamahz

"Hari ini orang wukuf di Arafah, tapi kita belum puasa Arafah karena di sini masih tanggal 8. Kemudian  esok Saudi berkurban dan haram berpuasa, tapi karena di sini masih tanggal 9  maka besok puasa Arafah," kata Buya Yahya.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler