RINGTIMES BALI - KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menerangkan tentang jangan berlebihan takut mati dalam keadaan suul khotimah karena itu hanya hasutan setan.
Kematian hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar orang. Gus Baha menyebut agar kita tidak terlalu takut suul khotimah.
Tak hanya pelaku kebaikan saja yang takut suul khotimah, bahkan orang yang senantiasa beramal juga takut kalau hidupnya ditutup dengan keburukan. Gus Baha dengan percaya diri berbicara terkait hal tersebut.
Baca Juga: Gus Baha Ungkap Diskusi Lucu Nabi Musa dan Nabi Syu'aib Pakai Logika Nubuwah
Dilansir dari kanal YouTube Santri Kalong Virtual pada Jumat, 21 Januari 2022, berikut penjelasan Gus Baha.
Menurut kyai berusia 51 tahun itu menjadi manusia itu wajar untuk takut meninggal dalam keadaan buruk.
Akan tetapi Gus Baha tidak sepakat jika ketakutan tersebut menjadi berlebihan.
Baca Juga: Mengenal Upacara Pelebon, Tradisi Umat Hindu Bali untuk Pemakaman Bangsawan dan Raja
"Jadi, orang itu ya takut suul khotimah, tapi jangan berlebihan," ungkapnya.
"Kamu tidak perlu bingung kalau masuk neraka bagaimana," terang gus kesayangan Mbah Moen itu.
Gus Baha menyebut ketika kita takut neraka, maka hati harus dinasihati bahwa ada kemungkinan masuk surga.
"Jika seorang mukmin takut masuk neraka, harusnya jika dia benar-benar beriman, dia harus yakin dengan kemungkinan masuk surga," terangnya.
Baca Juga: Sikap Menghormati Non Muslim Menurut Gus Baha: Kalau Perlu Disopani termasuk Ibadah
"Namun setan menghasut orang mukmin untuk membesar-besarkan kemungkinan takut neraka agar tidak nyaman dengan Allah SWT," lanjutnya.
Jangan takut pula kalau kekurangan amal karena untuk masuk surga hanya butuh rahmatnya Allah.
Jadi, agar kita agar tidak tenggelam dalam hasutan setan, maka kita juga harus memiliki rasa percaya diri.
Baca Juga: Prediksi Line Up Manchester United vs West Ham, Rebutkan Posisi 4 Besar Liga Premier Inggris
Kita harus yakin kalau Allah itu juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Pastikan untuk memiliki hubungan yang nyaman dengan Allah sebagaimana yang diterangkan Gus Baha.***