Gus Baha Jelaskan Prinsip Hidup Berkecukupan dan Tidak Bergantung pada Banyak Hal

19 Januari 2022, 17:25 WIB
Gus Baha Jelaskan Prinsip Hidup Berkecukupan /Tangkap layar Instagram @ngajionline_gusbaha

RINGTIMES BALI – Gus Baha dengan nama lengkap K.H Ahmad Baha’uddin Nursalim merupakan ulama kelahiran 29 September 1970, Rembang, Jawa Tengah.

Gus Baha merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP31A di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah.

Melalui ceramahnya, Gus Baha kerap menyinggung tentang cara menjalani hidup berkah yang senantiasa merasa berkecukupan, tenang, dan nyaman.

Gus Baha merupakan santri lulusan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang yang diasuh oleh K.H Maimoen Zubair.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Halaman 116 117 118, What Do They Say

Meskipun hanya lulusan pondok pesantren namun kualitas keilmuan milik Gus Baha tidak kalah dengan ulama lulusan dari universitas ternama.

Gus Baha menguasai berbagai bidang ilmu keislaman diantaranya tauhid, fiqih, ushul, tasawuf, ilmu Qur’an, hadits, tafsir, hingga sejarah Islam.

Pada salah satu ceramahnya, Gus Baha menyampaikan salah satu materi yang berkenaan dengan tasawuf yakni cara hidup berkecukupan dan tidak bergantung dengan banyak hal.

Dilansir dari kanal YouTube Melek Ndalu pada Rabu, 19 Januari 2022, berikut kajian dan ceramah oleh Gus Baha tentang cara hidup berkah berkecukupan dan tidak bergantung dengan banyak hal serta mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 6 Subtema 1 Kelas 2 SD Pembelajaran 3 Tentang Hewan di Sekitarku Tematik Kurikulum 2013

Menurut Gus Baha, seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dalam hidup sebenarnya tergolong ke dalam manusia yang masih dilanda kebodohan dalam menyikapi hidup.

Seseorang tersebut masih memiliki banyak kebodohan karena ia menggantungkan kebahagiaan hidup kepada banyak hal sekaligus.

Gus Baha mengatakan penjelasan Imam Syafi’i tentang qona’ah atau merasa cukup. Qona’ah adalah merasakan kecukupan dengan berusaha tidak merasa butuh akan banyak hal, alih-alih selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin banyak.

Manusia memiliki nafsu yang besar, utamanya nafsu terhadap terpenuhinya semua kebutuhan hidup. Seolah-olah, tidak terpenuhinya kebutuhan manusia merupakan hal yang tidak ada habisnya.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Halaman 124 125, It’s a Beautiful Day

Gus Baha menyampaikan sesuatu terkait keadaan yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang ini (karena masih dilanda pandemi), yakni kita harus memastikan bahwa masih bisa menemui kebahagiaan dengan pegangan kata-kata yang dapat menyemangati kita setiap harinya.

Gus Baha juga menambahkan bahwa pada zaman sekarang ini, manusia dalam menjalani hidup cenderung akan sering merasa kesulitan, karena mereka menjalaninya dengan nafsu duniawi.

Padahal tujuan dalam hidup semestinya tidak selalu dimaknai dengan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan, namun harus diingat juga bahwa tujuan hidup adalah untuk mati.

Gus Baha lalu menjelaskan tentang ulama-ulama terdahulu, yang mana ketika akan meninggal dunia mereka justru menyambutnya dengan penuh suka cita. Alasannya karena kematian merupakan akhir dari segala keburukan selama hidup.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Halaman 124 125, It’s a Beautiful Day

Barangkali ulama-ulama terdahulu banyak berpikir bahwa mereka selayaknya manusia biasa yang selama hidup di dunia pasti mempunyai kesalahan.

Termasuk dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup mungkin saja masih banyak melakukan kesalahan, keburukan, kecurangan, dan bahkan mungkin dosa besar yang tidak disadari.

Oleh karena itu ketika mengetahui akan meninggal, mereka justru amat senang karena dapat segera meninggalkan kehidupan yang penuh dengan keburukan.***

Editor: Suci Annisa Caroline

Tags

Terkini

Terpopuler