Gus Baha Ingatkan Agar Tidak Berlebihan dalam Beragama, Belajar Harus Ada Guru

17 Januari 2022, 20:30 WIB
Gus Baha Ingatkan Agar Tidak Berlebihan dalam Beragama, Belajar Harus Ada Guru /Instagram @ngajitasawuf.id

RINGTIMES BALI - Hati-hati! jangan sampai kita menjadi manusia yang berlebihan dalam beragama.

Dalam salah satu tausyiah nya, Gus Baha menyampaikan jika kita ngaji tanpa guru, sama saja gurunya adalah setan.

Lalu, seperti apa beragama yang tidak berlebihan itu menurut Gus Baha? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPA Kelas 8 Halaman 112 Terbaru 2022, Uji Kompetensi Bab 9 Sistem Ekskresi Manusia, Bagian Esai

Dilansir dari cuplikan ceramah Gus Baha di kanal YouTube Santri Podcast, ngaji tanpa guru rawan menyebabkan munculnya sikap berlebihan dalam beragama.

Sekarang ini banyak orang yang ngaji hanya dari internet dan buku, bahkan tanpa memiliki guru. Akibatnya sedikit-sedikit bilang sunnah rasul.

Sebenarnya tidak ada salahnya ngaji dari kedua media tersebut di zaman modern ini. Yang ditakutkan adalah fenomena ngaji tanpa guru yang dapat menyebabkan berlebihan dalam beragama.

Baca Juga: Download Lagu Ghea Indrawari feat Reza Darmawangsa ‘Purple Raincoat’ dan Lirik  

Setidaknya kita harus memiliki guru ngaji yang akan membantu kita dalam mengetahui silsilah mengaji.

Ada sebuah pepatah Arab yang artinya "orang belajar tanpa guru itu gurunya setan."

Kenapa? Karena di luar Ilmu itu ada akhwal. Di luar hukum yang diterapkan oleh Rasulullah SAW ada akhwal, perilaku, karakter, dan juga ciri khas.

Baca Juga: Upin dan Ipin Kisah Nyata dan Sudah Meninggal, Begini Fakta Sebenarnya

Contoh gampangnya, semua ulama mulai dari guru-guru Gus Baha sampai Rasulullah semuanya selalu mengatakan nahi munkar itu wajib.

Tapi dari zaman dahulu, mereka tidak memiliki tradisi jadi ekstrimis meskipun meyakini bahwa nahi munkar itu wajib.

Sejak dulu yang namanya that itu butuh proses, bahkan Nabi bisa nahi munkar itu setelah 13 tahun menjadi Nabi. Intinya semuanya membutuhkan proses.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bali 18 Januari 2022, Cerah Berawan Sejak Pagi, Siang Bali Diguyur Hujan Ringan hingga Petir

Itulah yang namanya akhwal, jadi hukum Nahi Munkar itu tetap wajib, namun ada tradisi akhwal.

Akhwal yang dilakukan Nabi adalah orang yang tidak suka pada nabu justru diberi uang bahkan dilayani.

Sampai akhirnya terjadi kesenjangan, yaitu orang yang jelek perilakunya justru selalu diberi sesuatu oleh Nabi.

Baca Juga: Sinopsis Love and Leashes di Netflix, Seohyun SNSD Perankan 19+ Bersama Lee Jun Young  

Sedangkan orang yang baik pada beliau justru jarang diberi.

Kemudian sahabat Anshor mulai protes tentang ketidakadilan tersebut.

Akhirnya Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan, "Imanmu itu sudah benar, biasa heroik, biasa memberi, ya sudah kamu terus saja memberi agar selalu baik."

Beliau juga menambahkan jika orang awam lebih suka diberi, baru setelahnya akan menyukai kyai.

Baca Juga: Prediksi Line Up Pemain Bali United vs Persita Tangerang, Skuad Serdadu Tridatu Optimis Raih 3 Poin

Yang intinya Rasulullah SAW berbuat baik kepada mereka yang membencinya agar mereka masuk Islam.

Hal seperti itulah yang namanya akhwal. Di luar hukum Nahi Munkar Kita memiliki akhwal.

Zaman sekarang ini banyak orang yang memiliki peran ganda. Maksudnya ia melakukan maksiat, namun juga mengerjakan ibadah.

Baca Juga: Makna Tersembunyi Dalam Lagu Boy With Luv Milik BTS untuk Army

Orang yang seperti ini kita sebut dengan Rukhin. Karena Kita tidak dapat melabeli orang jelek atau baik.

Namun, di era modern ini semakin banyak orang ngaji lewat internet dan seenaknya melabeli orang dengan status sholeh atau tidak sholeh.

Padahal sebagai manusia, kita tidak berhak atas hal tersebut. Kita juga tidak dapat menentukan apakah orang layak dibunuh atau tidak.

Baca Juga: Jelang Bali United vs Persita Tangerang, Skuad Serdadu Tridatu Optimis Meraih 3 Poin di Lanjutan BRI Liga 1

Jika memaksakan untuk melabeli dan menentukan layak atau tidaknya dibunuh, maka itu namanya Takalluf.

Inilah yang menjadi dasar bahwa orang yang ngaji tanpa guru, maka gurunya adalah setan. Akibatnya mereka beragama namun secara berlebihan.

Nah, itulah rangkuman dari ceramah Gus Baha tentang berhati-hati terhadap sikap berlebihan dalam beragama.

Semoga kita tidak termasuk dalam golongan tersebut, dan senantiasa menjadi orang-orang yang dilindungi oleh Allah SWT. ***

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler