Sesuai dengan namanya, sarana upakaranya hanya tujukan pada sembilan lubang yang ada pada diri manusia.
Kesembilan lubang itu adalah lubang kening, mata, hidung, kerongkongan, pepusuhan, lambung, sendi, dan pantat kemaluan yang memiliki maknanya sendiri,
Terakhir yaitu jenis pengabenan swastha. Swastha terdiri dari su yang berarti luwih, utama, dan astha yang berasal dari kata asthi, berarti tulang, abu.
Swastha adalah pengabenan yang kembali ke intinya tapi tetap memiliki nilai yang utama.
Pengabenan jenis swastha merupakan pengabenan yang dilaksanakan secara sederhana dan menjadi pengabenan tingkat terkecil.
Baca Juga: Arti Ngaben bagi Umat Hindu di Bali, Alasan Kenapa Mayat Harus Dibakar
Upacaranya hanya menggunakan peti jenazah dan pepaga/penusangan untuk digusung ke tempat pengabenan yang disebut dengan setra.
Selain dengan cara dibakar atau ngaben, upacara pengembalian roh leluhur ke tempat asalnya juga biasa dilakukan dengan cara menanam ke dalam tanah, atau sering disebut dengan metanem.***