Sementara di dalam negeri Timor Timur sendiri, jauh hari sebelumnya para pemuda yang melakukan perlawanan bawah tanah sudah terlanjur menyiapkan sambutan atas kunjungan Portugal.
Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Israel vs Palestina
Namun, pergerakan bawah tanah mereka sudah diketahui oleh pihak intelijen Indonesia.
Mereka yang membuat spanduk penyambutan Portugal di gereja Motael Dili, diawasi terus gerak geriknya oleh pihak intelijen Indonesia.
Sehingga hal ini membuat pihak intelijen Indonesia membuat scenario yang dapat menyulut aktivis pro kemerdekaan Timor Leste dengan menyewa para provokator.
Baca Juga: 8 Etnis Tionghoa Sukses dalam Bidang Militer Indonesia
Akhirnya pada malam hari 27 Oktober 1991, kelompok provokator yang bekerja untuk intelijen Indonesia mengejek para aktivis pro-kemerdekaan dan memancing mereka untuk ribut.
Tidak lama kemudian anak muda Timor Leste terpancing, dan terjadi perkelahian hebat pada malam itu juga.
Pagi hari 28 Oktober 1991, jasad aktivis muda pro-kemerdekaan Timor Timur Sebastiao Gomes ditemukan tergeletak di dekat gereja Motael.
Baca Juga: Perbedaan Polisi Militer dengan Provos TNI, Tugas hingga Atribut