Fakta Sejarah Presiden Soekarno Dituduh Berkhianat pada Rakyat Aceh

12 Juni 2021, 09:58 WIB
Berikut fakta sejarah presiden pertama Indonesia Soekarno yang pernah dituduh berkhianat pada rakyat Aceh pada agresi militer Belanda 2. /tangkap layar kanal YouTube Matahatipemuda/

RINGTIMES BALI - Ketika Indonesia mengalami Agresi Militer Belanda 2 pada tahun 1948, Indonesia kewalahan dan perlu adanya pasukan.

Presiden pertama Indonesia Soekarno kala itu ingin bekerjasama dengan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh.

Akhirnya presiden Soekarno membuat perjanjian yang tertuang dalam dialog antara presiden Sukarno yang mewakili Indonesia dan Tengku Daud Beureueh mewakili rakyat Aceh.

Baca Juga: Fakta Sedih Kematian Soekarno, Jadi Tahanan Rumah hingga Wasiatnya Diabaikan

Pada bulan Juni 1948 Presiden Soekarno melakukan muhibbah mendatangi Aceh Darussalam.

Di Aceh Presiden disambut rakyat Aceh dan dengan gegap gempita ia didapuk sebagai pemimpin oleh para tokoh setempat.

Presiden Soekarno dengan sengaja menemui Daud Bereuh dan memanggilnya dengan sebutan kakanda.

Baca Juga: Gus Robin Ungkap Pesan Soekarno 'Indonesia Dikutuk, Ada Pemimpin yang Berani Hukum Mati Koruptor'

Saat bertemu dengan Tengku Daud Beureuh Sukarno berharap tokoh terkemuka di Aceh itu mengajak pemuda muslim Aceh untuk berjuang melawan Belanda.

Terjadilah dialog yang hingga saat ini tersimpan dalam sejarah Aceh.

Sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Matahatipemuda, bahkan ada lagunya serta ada di dalam bukunya berjudul Teungku Muhammad Daud Beureuh karya M.Nur El Ibrahimy.

Berikut ucapan Soekarno dalam buku tersebut:

Baca Juga: Kisah Inggit Garnarsih, Istri Kedua Soekarno yang Rela Dicerai daripada Dimadu

"Kakak...saya minta bantuan kakak agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada 17 Agustus 1945 kemarin," cetus Soekarno.

Daud Beureuh pun menyambut baik ajakan Soekarno dan berujar:

"Saudara Presiden, saya mengatakan sanggup memenuhi permintaan tersebut asal perang yang dikobarkan adalah perang sabilah, perang untuk menegakan agama Allah. Sehingga kalau ada diantara kami yang terbunuh dalam perang itu, maka kami berarti mati syahid," ucapnya.

Dialog pun nampak tegang antara Soekarno dengan Daud Beureuh. Ketegangan terjadi lantaran permintaan rakyat Aceh.

Baca Juga: Kisah Istri Pertama Bung Karno, Sempat Batal Menikah Terungkap Soekarno Tidak Pernah Sentuh Siti Oetari

Daud Beureuh menginginkan agar ketika selesai perang nanti Soekarno memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk menjalankan syariat Islam.

Hal inipun disetujui oleh Soekarno kala itu. Namun ketika dimintai surat perjanjian Soekarno malah menangis dan berkata:

"Kakak kalau begitu tidak ada gunanya aku menjadi kalau tidak percaya," ucapnya.

Soekarno pun berjanji jika dirinya akan memberikan kebebasan dengan pengaruhnya agar Rakyat Aceh dapat melaksanakan syariat Islam di daerahnya.

Baca Juga: De Oost The East, Film Sejarah Ungkap Prajurit Belanda yang Muak dengan Kekejaman Komandan Westerling

Akhirnya terjadilah surat perjanjian yang disepakati kedua belah pihak.

Setelah beredarnya perjanjian antara Soekarno dan Daud Beureh iapun semakin membuat dipercaya oleh rakyat Aceh.

Soekarno pun menerapkan hal ini untuk membangun pertahanan di wilayah Aceh.

Seluruh rakyat Aceh bahu membahu mengumpulkan dana sehingga terkumpul 120 ribu dolar ditambah 20 kg emas.

Baca Juga: 10 Fakta Menarik Ir Soekarno, Pernah Usir Israel Tahun 1962 hingga 2 Kali Jadi Cover Majalah Time

Dengan modal tersebut Indonesia berhasil membeli pesawat kepresidenan pertama dalam sejarah Indonesia.

Setelah rakyat Aceh menghimpun dana untuk membantu perjuangan Republik Indonesia, Daud Beureuh menagih janji kepada Sukarno.

Sayangnya ia tidak menepati janjinya itu. Satu tahun kemudian tepatnya di 1949 Provinsi Aceh masuk menjadi bagian dari NKRI.

Namun pada 1951, provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan provinsi Sumatera Utara.

Baca Juga: 14 Kata Mutiara Soekarno untuk Bangkitkan Semangat, Salah Satunya Tentang Pancasila

Aceh dibiarkan terbengkalai, bahkan demi alasan persatuan Presiden Soekarno menolak pemberlakuan syariat Islam di wilayah manapun di Indonesia.

Sukarno menegaskan dalam pidatonya di hadapan rakyat Amuntai, Kalimantan Selatan pada 27 Januari 1953.

"Indonesia adalah sebuah negara nasional yang berideologi Pancasila, dan bukan sebuah negara teokrasi dengan haluan agama tertentu,".

Akibatnya Aceh mengalami resistensi politik. Dan sebagai bentuk pertanggungjawaban politik pada September 1953 Daud Beureuh memutuskan masuk hutan.

Dan bergabung dengan DI/TII (Darul Islam) Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Ia kecewa pada Bung Karno. Bung karno telah menjilat ludahnya sendiri dan mengkhianati janji yang diucapkannya atas nama Allah.

Kesalahan ini dianggap oleh rakyat Aceh sebagai kesalahan yang tidak pernah termaafkan.

Dari fakta sejarah ini semoga kita senantiasa hal positif yang tidak mengurangi kehormatan bahwa ia adalah sang proklamator.

Di masa peperangan tentunya hal itu menjadi keputusan sulit yang pasti dialami oleh semua pemimpin dimanapun.***

 
Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler