Strategi Senyap Kelompok Teroris JI, Punya Perguruan Bela Diri untuk Latih Anggota ke Medan Perang

28 November 2021, 12:46 WIB
Ilustrasi teroris. Strategi senyap kelompok teroris JI, punya perguruan bela diri untuk latih anggota ke medan perang. /Pexels/Jakson Martins

 

RINGTIMES BALI - Tim Densus 88 Anti Teror Polri terus mendalami strategi pergerakan dari kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). Mulai dari mengulik sumber pendanaan aksi teror, hingga tempat pelatihan fisik atau bela diri para anggota JI.

Siapa sangka, JI ternyata memiliki perguruan formal yang legal untuk mewadahi para anggotanya dalam pelatihan fisik tersebut. Nantinya, ilmu yang didapat dari pelatihan tersebut menjadi bekal anggotanya untuk melawan petugas dalam setiap aksi teror.

Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Pol Aswin Siregar mengatakan, terdapat beberapa perguruan yang diwadahi JI sebagai tempat mengasah kemampuan bertarung anggotanya. Salah satunya yakni perguruan bernama Sasana.

Baca Juga: Tim Densus 88 Ungkap Sumber Dana 15 M Kelompok Teroris JI

"Jadi, tim Densus juga menemukan adanya aliran dana ke kelompok yang disebut Sasana. Di dalamnya ditemukan kegiatan pelatihan fisik dan bela diri. Itu semua merupakan bagian strategi mereka dalam meningkatkan kemampuan untuk melawan petugas," ujar Aswin, dalam siaran pers Humas Polri.

Uniknya, menurut Aswin, perguruan bela diri tersebut sulit dibedakan dengan tempat pelatihan bela diri pada umumnya. Sebab, perguruan yang mereka wadahi untuk anggotanya memiliki aktivitas yang sama dan tidak mencurigakan.

"Ini susah kita bedakan dengan perguruan bela diri atau pencak silat yang ada di tengah masyarakat itu. Karena bentuknya sama seperti kelompok bela diri biasa kan," paparnya.

Baca Juga: Erdogan Kutuk Penyerangan Israel di Masjid Al-Aqsa, Negara Teroris yang Jahat

Hal inilah yang membuat tim Densus 88 mulai jeli untuk mempelajari dan mendalami strategi kelompok JI yang terbilang lebih rapih dibandingkan dengan kelompok teror lainnya. Baik itu dari segi pendanaan yang didapatkan, dan cara mereka menarik simpati dan kepercayaan masyarakat sekitar.

"Saya tegaskan, organisasi (JI) ini akan terus ada, karena pendanaanya mengalir. Kemudian ada rekrutmen juga yang membuat banyak orang baru bergabung dengan mereka. Orangnya, aktivitasnya, serta aset yang dimiliki harus dihentikan," tutur Aswin.

“Mereka juga bermain dengan mencari simpati dari masyarakat dengan tetap melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti melakukan acara amal, hingga melakukan pendanaan resmi, seperti di sektor pendidikan, bahkan pernah memberi dana bantuan untuk negara Suriah," lanjutnya.

Baca Juga: KKB Dilabeli Teroris, Warga Asli Papua Protes Keras

Menurut Aswin, strategi JI dalam menarik simpati masyarakat itu akhirnya bisa menimbulkan stigma yang buruk terhadap tim Densus 88 karena dianggap telah mengkriminalisasi ulama, lantaran beberapa waktu lalu terdapat sejumlah tokoh agama yang ditangkap.***

 

Editor: Rani Purbaya

Tags

Terkini

Terpopuler