Saat itu, Perdana Menteri Vanuatu, Bob Loughman menyebut ada pelanggaran HAM di Papua Barat. Ia juga mengkritik dunia internasional karena pilih-pilih dalam membahas pelanggaran HAM.
Tidak hanya itu saja, dalam hak jawab di PBB, perwakilan Indonesia membalas dengan menyebut Vanuatu memalukan (shameful), negara yang tidak tahu apa-apa (ignorant country) serta ikut campur urusan negara lain.
Baca Juga: Maaf! 6 Kriteria Ini Sebabkan BLT Subsidi Gaji Anda Belum Cair, Segera Cek Rekening dan Laporkan
Diplomat Indonesia juga menyorot ada pihak yang tak tulus mendukung HAM (artificial human rights concern).
Vanuatu sendiri bukan nama yang asing, sebab setiap tahun mereka rutin mengincar RI dengan pelanggaran HAM masyarakat Papua.
Mereka merasa memiliki kedekatan etnis dengan Papua, Vanuatu pun menyuarakan isu Papua di PBB sejak 2016.
Baca Juga: Kumpulan Pantun Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Cocok Untuk Caption Medsos Kamu
Kembali lagi saat Queiros tiba disana, mereka mengklaim kepulauan ini untuk Spanyol sebagai bagian dari Hindia Timur Spanyol, kemudian memberinya nama La Austrialia del Espíritu Santo.
Pada tahun 1880, kepulauan ini jatuh ke tangan Prancis dan Britania Raya. Pada tahun 1906, kedua negara ini setuju untuk membentuk pemerintahan bersama atau kondominium yang diberi nama Hebrides Baru.
Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian