“Kakek saya namanya Dahlan bukan Bachtaruddin yang tokoh PKI itu,” bantah Arteria, Rabu 9 September 2020. Jika dipanjangkan namanya akan menjadi Arteria Dahlan bin Zaini bin Dahlan bin Ali bin Sulaiman. “Mereka semua orang-orang alim. Nenek saya Bu Nian (Dahniar) guru ngaji. Orang-orang di Maninjau lebih dari tiga generasi,” tekannya.
Baca Juga: Ustadz Abdul Somad 'Skakmat Puan', Orang Minang Layak Buat Negara, tapi Pilih Gabung NKRI
Lanjut dia, ia mengatakan kakeknya dari pihak ibu bernama H. Wahab Syarif, yang merupakan seorang tekstil di Tanah Abang sejak tahun 1950.
Sambungnya, Wahab Syarif, dikenal oleh para perantau Minang di tahun tersebut karena kediamannya menjadi tempat labuhan sebelum mereka memiliki rumah.
Kemudian, lanjutnya, Nenek dari pihak ibu bernama Hj. Lamsiar. Profesinya sebagai ibu rumah tangga biasa dengan 7 anak. Di mana 6 anak menjadi pedagang di Tanah Abang. Sementara satu lagi berprofesi sebagai seorang guru tataboga di SMKN 30 Pakubuwono, Jakarta Selatan, Hj Wasniar, yang tak lain adalah ibu dari Arteria Dahlan.
Baca Juga: Kemarin, Said Didu dan Cipta Panca Sebut Paha Keponakan Prabowo Mulus, Sara Merasa Dilecehkan
Lebih lanjut, ia kemudian mengurai silsilahnya dari pihak ayah. Kakeknya bernama H. Dahlan bin Ali, yang berprofesi sebagai pedagang di Sumatera Barat. Sedangkan neneknya adalah Hj. Dahniar Yahya atau biasa disebut Ibu Nian, tokoh Masyumi.
Ibu Nian merupakan satu-satunya guru mengaji di Kukuban, Maninjau lebih dari 50 tahun lamanya sampai th 1983. “Seluruh orang Maninjau di Kukuban pernah mengaji ke Bu Nian. Ibu Nian juga pernah ditahan pemerintahan Sukarno karena diduga terlibat PRRI saat itu,” tekannya.
Kemudian, ayah Arteria Dahlan bernama H. Zaini Dahlan. Profesinya sebagai guru di sejumlah SMA dan ketua salah satu yayasan pendidikan swasta. Ayahnya pernah mendaftar Akpol. Tapi gagal saat tes terakhir karena terindikasi Masyumi dan PRRI.
Baca Juga: Nitizen Banjiri Paha Mulus Keponakan Prabowo, Celana Pendek Tak Melanggar Norma Berolahraga