Sebenarnya, warga juga membuat gondola kecil yang menghubungkan antara dua desa. Namun gondola itu hanya untuk mengangkut barang.
Baca Juga: Agustusan, 5 Film Bertema Perang Kemerdekaan Ini Wajib Kamu Tonton
Ganjar dan rombongan, memang penuh perjuangan untuk bisa tiba di desa itu. Begitu menginjakkan kaki di rumah Mbah Padmo, napasnya pun ngos-ngosan.
Bagaimana tidak, untuk sampai di lokasi itu, ia harus jalan kaki naik turun gunung.
Bersama rombongan, Ganjar bahkan harus bertaruh nyawa.
Baca Juga: Diperiksa Komisi HAM, Diplomat Korsel Ini Lakukan Pelecehan Seksual Saat Bertugas di Selandia Baru
Ia berjalan di tepi jurang selama kurang lebih 45 menit. Jalan setapak yang dibuat dari semen itu meliuk-liuk di bawah jurang dengan kedalaman sekitar 150 meter.
Masih dengan nafas tidak beraturan Ganjar menyapa Mbah Padmo.
"Kulo mriki sepindah silaturahmi mbah (saya ke sini untuk silaturahmi). Kalih niki mbeto daging kurban kanggo warga (sama ini membawa daging kurban untuk warga," terang Ganjar.