Waspada, 37 Persen UKM di Asia Tenggara jadi Target Serangan Siber

- 23 November 2020, 11:55 WIB
Waspada 37 Persen UKM di Asia Tenggara jadi Target Serangan Siber
Waspada 37 Persen UKM di Asia Tenggara jadi Target Serangan Siber /

RINGTIMES BALI - Lebih dari sepertiga atau sebanyak 37 persen usaha kecil menengah (UKM) di Asia Tenggara mengaku telah menghadapi serangan yang ditargetkan.

Ini terungkap berdasarkan survei IT Security Economics 2020 yang dilakukan oleh Kaspersky. Angka ini empat tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 33 persen.

Dalam penelitian ini, UKM didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 50 hingga 999 orang.

Baca Juga: Cek Bansos BST Rp300 Ribu Cair, Divalidasi Ulang Kemensos Login dtks.kemensos.go.id

General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang Tiong, dalam keterangan tertulis, dilansir ringtimesbali.com dari ANTARA, Senin 23 November 2020 mengatakan, meskipun banyak pemilik usaha yang masih menganggap bisnis sederhana mereka jauh dari radar penjahat dunia maya, wawasan dari survei kami mengungkapkan gambaran sebaliknya.

"Kebanyakan aktor ancaman pada dasarnya adalah oportunis. Perusahaan besar lebih cenderung memiliki langkah-langkah keamanan mutakhir sehingga UKM akhirnya menjadi sasaran empuk," ujarnya.

UKM katanya, pada akhirnya mengalami serangan bertarget adalah beberapa risiko paling berbahaya bagi sistem bisnis.

Baca Juga: Bansos Modal Usaha Rp3,5 Juta dari Kemensos Hanya untuk Kriteria Ini, Login dtks.kemensos.go.id

Ini adalah tipe serangan siber yang ditujukan untuk membahayakan perusahaan atau jaringan tertentu. Biasanya, serangan yang ditargetkan memiliki beberapa tahapan.

Jenis ancaman canggih tersebut cenderung sangat sulit dideteksi karena sifatnya yang ditargetkan.

"Ketika berhasil, serangan ini bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar. Rata-rata, serangan yang berhasil terhadap UKM dapat menghabiskan biaya hingga 130k USD -- jika dihadapkan dengan situasi saat ini, itu merupakan jumlah yang sangat besar," kata Yeo.

Baca Juga: Sudah Ditransfer BSU PTK Non PNS, Segera Login Info GTK, Bawa 4 Dokumen Ini Pasti Cair

Studi yang sama dilakukan pada bulan Juni lalu dengan para 5.266 pembuat keputusan bisnis TI dari 31 negara mengungkapkan celah yang memerlukan perbaikan mendesak, mengingat lebih dari setengah UKM di Asia Tenggara (66 persen) mengakui kurangnya visibilitas infrastruktur dan (64 persen) ketidakmampuan untuk mendeteksi ancaman serius di antara banyaknya peringatan yang datang.

Selain itu, hampir tujuh dari 10 (66 persen) responden mengungkapkan kurangnya staf teknis yang terampil untuk mendeteksi dan menanggapi insiden yang kompleks.

Hampir dua pertiga (64 persen) juga mengakui ketidakmampuan mereka untuk menanggapi dan membersihkan dengan benar setelah serangan canggih terjadi dan sekitar 58 persen menyatakan bahwa mereka belum memiliki wawasan dan intelijen memadai tentang ancaman yang secara khusus dihadapi oleh bisnis mereka.

Baca Juga: Cek Lagi Data Anda, Login dtks.kemensos.go.id, Bansos BST Rp300 Ribu Cair, Pastikan Namamu Terdata

"Jelas bahwa ada dua area yang perlu segera dibenahi oleh sektor ini, yaitu visibilitas terhadap ancaman kompleks untuk mengidentifikasi serangan hingga yang paling canggih, dan keahlian untuk melakukan investigasi serta respons insiden cerdas," ujar Yeo.

Karena itu, untuk membantu UKM di Asia Tenggara, pihaknya telah membuat deteksi dan respons titik akhir otomatis yang mudah digunakan dan dapat memberikan perlindungan tingkat perusahaan untuk bisnis skala kecil dan menengah tanpa menguras biaya kantong mereka.

Pada 2020, Kaspersky telah meluncurkan solusi terbaru Kaspersky EDR Optimum (KEDRO) yang memungkinkan UKM untuk menerapkan skenario deteksi dan respons titik akhir (EDR) dasar yang diperlukan untuk berbagai perusahaan, dan menyediakan visibilitas infrastruktur serta kemampuan investigasi hingga respons insiden.

Baca Juga: Cek NIK KTP dan Unggah Karya Anda, Login apb.kemdikbud.go.id Bantuan Rp1 Juta Sisa Tiga Hari Lagi

Hal itu memungkinkan solusi tersebut untuk dengan cepat menunjukkan akar utama masalah, mengevaluasi skala dan sumber serangan yang sebenarnya, serta memberikan respons otomatis di seluruh workstation.***

 

 

 

 

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x