Moeldoko Dapat Dukungan, Keluarga Pasien Covid-19 di Pekanbaru Ungkap Fakta Baru, Ada Data?

8 Oktober 2020, 07:56 WIB
Moeldoko Dapat Dukungan, Keluarga Pasien Covid-19 di Pekanbaru Ungkap Fakta Baru, Ada Data? /ANTARA FOTO/

RINGTIMES BALI - Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan RI mengungkapkan pernyataan yang menyinggung para dokter se-Indonesia. Namun dibalik pernyatannya yang dianggap salah itu, fakta baru diungkap keluarga pasien Covid-19 jika pernyataan Moeldoko itu ada benarnya. Lalu bagaimana fakta sesungguhnya? 

Simak di artikel ini sampai habis.

Rupanya, pernyataan Moeldoko yang bikin geger publik tersebut dibenarkan oleh salah satu keluarga pasien terduga Covid-19.

Baca Juga: ShopeePay Perluas Jangkauan ke Lebih dari 500 Outlet Planet Ban

Dikutip Zonajakarta.com dari Pikiran Rakyat, seorang wanita bernama Wince Oktavia dari pasien terduga Covid-19 menjelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi di Pekanbaru.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, diketahui belum lama ini membuat pernyataan yang mengundang kontroversi hingga dikecam para dokter se-Indonesia

Moeldoko menyinggung soal tim medis di rumah sakit yang menambahkan jumlah pasien positif Covid-19 meninggal.

Baca Juga: Najwa Shihab : Saya Tak Akan Matikan Mic karena Anda Semua Berhak Bicara, Sindir Puan Maharani?

Ia menyebut adanya pasien meninggal karena penyakit lain namun datanya ditulis sebagai pasien Covid-19.

Sementara itu, terkait pasien di Pekanbaru, Wince menceritakan awal mulanya ketika sang ibu tiba-tiba pingsan lalu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah menjalani pemeriksaan Covid-19, paru-parunya masih bagus sehingga dirawat di bangsal umum.

Baca Juga: Kisi-kisi Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 11 Dibuka, Segera Siapkan Persyaratannya

"Setelah itu, setelah diadakan pemeriksaan, ternyata Hb (Haemoglobin) ibu saya rendah," tuturnya dikutip dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club.

"Nah, pingsan itu karena Hb-nya rendah. Dokter berkesimpulan harus transfusi darah," imbuhnya.

Setelah transfusi, tidak ada perubahan sehingga dokter memvonis sang ibu gagal ginjal. Pasien sempat melakukan cuci darah namun gagal karena sudah beku.

Pembekuan tersebut mempengaruhi sejumlah organ lain, termasuk paru-paru. Dokter menemukan penyumbatan dan bercak-bercak sehingga pasien harus diisolasi karena diduga terpapar Covid-19.

Baca Juga: Asyik!Telkomsel Bagikan Kuota Internet Gratis 50 GB, untuk YouTube-an, Instagram bisa, Ini Caranya

Singkat cerita, ibunda Wince kembali dicuci darah dan mengalami koma hingga menghembuskan napas terakhir pada Senin 28 September 2020 malam.

Hasil tes swab pertama dan kedua ternyata negatif Covid-19. Sayang, pasien keburu dimakamkan dengan prosedur Covid-19 karena terlalu lama menunggu hasil tes.

Anehnya, pada Rabu 30 September 2020, beredar kabar di media sosial dan media massa bahwa ibunda Wince positif Covid-19.

Adik ipar Wince, Zulkardi mengungkap data dan bukti-bukti yang didapatkannya terkait persoalan ini.

Baca Juga: 'WANTED'! Rieke Diah Pitaloka, Omnibus Law Disahkan : Ayo Mpok Oneng Akting lagi Nangis di Jalan

Pertama kali mendengar berita tersebut, Zulkardi langsung mendatangi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

Benar saja, nama ibunda Wince masuk data pasien positif Covid-19 yang dikeluarkan Rumah Sakit Ibnu Sina.

Saat dikonfirmasi ke pihak RS, malah saling melempar tanggung jawab. Data yang dicatat pun salah. Ibunda Wince sebut meninggal pada Rabu 30 September 2020 dan dimakamkan pada hari yang sama.

Penggali kubur pun mengakui bahwa data yang dilaporkan oleh Dinkes Kota Pekanbaru tidak benar.

Baca Juga: Kemarin, Edhy Prabowo Tangkap 2 Kapal Filipina Ilegal Fishing di Samudera Pasifik, Sembuh Covid-19

Setelah diakui RS, keluarga meminta pemindahan makam ibunda Wince namun malah diulur-ulur hingga tidak jadi.

"Jadi, besar harapan saya, permasalahan di Riau ini diungkap ke permukaan agar apa yang disampaikan pak Moeldoko, kalau menurut saya benar karena saya ada data," pungkas Zulkardi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko menuding para dokter soal tim medis di rumah sakit yang menambahkan jumlah pasien positif Covid-19 meninggal.

Baca Juga: Cara Cek Penerima Bansos Covid-19, Ternyata tak Hanya Link Ini Simak Ini Cara Lainnya

Karena tudingannya tersebut, Moeldoko banyak diserang oleh para dokter yang membantahnya.

Di sisi lain, keluarga pasien terduga Covid-19 dari PekanbaruRiau membenarkannya dengan data.

Sementara itu, dikutip Zonajakarta.com dari RRI, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta rumah sakit tak sembarangan memvonis semua pasien yang wafat disebabkan oleh penyakit Covid-19.

Baca Juga: RUU Cipta Kerja Disahkan, Ustadz Yusuf Mansyur Ngaku Sering Disalahkan, Tanya Mengapa?

Pernyatan itu usai Moeldoko menemui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Semarang, Kamis 1 Oktober 2020.

Dikatakan Moeldoko, ada beberapa orang yang sebetulnya negatif Covid-19, tapi divonis sebaliknya. Bahkan, Moeldoko mengaku mendengar ada orang meninggal kecelakaan, tapi tetap divonis positif.

"Tadi saya diskusi banyak dengan Pak Gubernur (Jawa Tengah-Ganjar Pranowo, red). Salah satunya tentang definisi ulang kasus kematian selama pandemi. Definisi ini harus kita lihat kembali. Jangan semua kematian definisinya mati karena Covid. Ini perlu diluruskan," tegas Moeldoko.

Baca Juga: Cara Daftar BLT Banpres UMKM Rp2,4 Juta agar Lolos Verifikasi, Ikuti 5 Syarat Ini Terbaru!

Dikatakan Moeldoko pemerintah akan membuat definisi ulang kematian akibat Covid-19. Atas pernyataan Moeldoko itu, Ganjar mengamininya.

Ganjar Pranowo membenarkan, kasus seperti ini pernah terjadi di wilayah yang dipimpinnya. Ada orang yang divonis positif Covid-19, padahal hasil tesnya belum keluar. Setelah meninggal, hasilnya menunjukkan negatif.

"Ini kan kasihan. Ini contoh-contoh agar kita bisa memperbaiki hal ini," tuturnya.

Baca Juga: Kabar Gembira! BLT Subsidi Gaji Tenaga Honorer Cair Oktober-November, Simak Cara Ceknya Mudah

Untuk itu, setiap ada pasien yang meninggal di RS, dokter harus memberikan catatan data kematian.

Data itu akan diverifikasi sebelum akhirnya ditentukan Covid-19 atau bukan. Minusnya, penerapan sistem itu akan menimbulkan keterlambatan data angka kematian.

"Itu lebih baik daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," tegas Ganjar.***(Nika Wahyu/Zona Jakarta)

 

 

 

 

 
Editor: Tri Widiyanti

Sumber: Pikiran Rakyat Zona Jakarta RRI.co.id

Tags

Terkini

Terpopuler