Tsunami 20 Meter jika Terjadi di Jabar dan Jatim, Ini Skenario Terburuk Ungkap BMKG

29 September 2020, 13:35 WIB
Tsunami 20 Meter jika Terjadi di Jabar dan Jatim, Ini Skenario Terburuk kata BMKG /BMKG/

RINGTIMES BALI - BMKG mengungkap skenario terburuk jika 2 segmen megathrust di Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim) terjadi gempa secara bersamaan, maka hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya tsunami setinggi 20 meter.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, penelitian terakhir oleh ITB yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario.

"Skenario terburuk mengasumsikan jika terjadi gempabumi secara bersamaan di 2 segmen megathrust yang ada di selatan Jawa bagian Barat dan Selatan Jawa bagian Timur,

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

yang mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang maksimum 20 meter di salah satu area di selatan Banten, dan mencapai pantai dalam waktu 20 menit sejak terjadinya gempa," ungkapnya dalam keterangan resminya dikutip RINGTIMES BALI Selasa 29 September 2020.

Mekanisme kejadian tsunami yang dimodelkan ini serupa dengan kejadian tsunami Banda Aceh tahun 2004, katanya yang juga diakibatkan oleh gempabumi dengan Mw 9.1 dan tsunami mencapai pantai dalam waktu kurang lebih 20 menit.

Hasil skenario pemodelan ini dapat juga menjadi salah satu acuan bahwa lahan di pantai yang berada pada ketinggian lebih dari 20 meter, relatif lebih aman terhadap ancaman bahaya tsunami.

Baca Juga: PERHATIAN! Soal Tsunami 20 Meter di Jawa, BMKG Imbau Warga Tak Panik Ikuti 7 Langkah Mitigasi ini

Hasil pemodelan skenario juga penting untuk penyiapan jalur dan tempat evakuasi, ataupun untuk penataan lahan di daerah rawan tsunami.

"Sejak tahun 2008 Pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempabumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang telah dimodelkan oleh beberapa peneliti tersebut di atas.

Jadi Sistem Peringatan Dini yang dibangun di BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempabumi (termasuk gempabumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9, dan memberikan Peringatan Dini potensi datangnya gelombang tsunami," ungkap Dwikorita.

Baca Juga: WASPADA!BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi di Beberapa Wilayah Berikut, Tertinggi diMentawai

Dalam waktu 3 s/d 5 menit setelah kejadian gempabumi, lanjutnya, sistem Monitoring dan Peringatan Dini tersebut yang dioperasikan dengan Internet of Things (IoT) dan diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI).

"Kita harapkan secara otomatis dapat menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami, melalui BNPB, BPBD, mass media, ataupun beberapa moda diseminasi (sms, email, website, sosial media).

Dengan penyebarluasan peringatan dini tsunami tersebut maka masih tersisa waktu kurang lebih 15 s.d 17 menit untuk proses evakuasi, apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit," imbuhnya.

Baca Juga: Waspada! Jika Anda Melihat Ikan Jenis Ini Segera Lari karena Tanda Tsunami Diduga akan Datang

Adanya penelitian yang ditindaklanjuti dengan peringatan dini belum dapat sepenuhnya menjamin keberhasilan upaya pencegahan terjadinya korban jiwa dan kerusakan akibat tsunami, tanpa kesiapan masyarakat, Pemerintah Daerah dan seluruh pihak terkait.

Masih sangat diperlukan kesungguhan Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat bersama-sama Pemerintah Pusat untuk melakukan berbagai langkah kesiapan pencegahan bencana.

Langkah tersebut harus didasarkan pada edukasi masyarakat agar mampu melakukan perlindungan dan penyelamatan diri terhadap bencana gempabumi dan tsunami, juga meresponse Peringatan Dini secara cepat dan tepat.

Baca Juga: Pemutaran Film G30S PKI Dilarang ? Ini Kata Mabes Polri

Ilustrasi Tsunami PIXABAY

Peran Media sangat penting dan efektif dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat secara tepat, untuk meningkatkan kewaspadaan tanpa menimbulkan kepanikan.

Kesiapan Pemerintah Daerah juga sangat penting dalam menyediakan sarana dan prasarana evakuasi, katanya.

Berikut langkah-langkah penyiapan strategi mitigasi yang harus diperhatikan oleh semua pihak termasuk warga terdampak antara lain :

Baca Juga: BLT Rp500 Ribu Per KK non PKH Cair Bulan Ini, Login cekbansos.siks.kemsos.go.id

1. peta rawan bahaya gempabumi dan tsunami
2. jalur dan tempat evakuasi
3. melaksanakan gladi evakuasi secara rutin
4. menerapkan Building Code standar bangunan tahan gempabumi dan tsunami, terutama untuk bangunan publik dan bangunan vital,
5. melaksanakan audit bangunan yang diikuti dengan upaya memperkuat konstruksi bangunan agar benar-benar tahan terhadap gempabumi dan tsunami,
6. menerapkan tata ruang berbasis mitigasi bencana
7. menegakkan aturan secara ketat agar masyarakat dan seluruh pihak benar-benar mematuhi seluruh langkah upaya mitigasi ini.

Baca Juga: Waspada! Jika Anda Melihat Ikan Jenis Ini Segera Lari karena Tanda Tsunami Diduga akan Datang

"Langkah-langkah penyiapan strategi mitigasi yang sesuai dengan local wisdom saat ini harus benar-benar dilakukan, diuji dan ditingkatkan, sebagaimana yang telah diamanahkan dalam Undang-undang no. 24/ tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Peraturan Presiden no 93/ tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami," tandasnya.

Ia juga mengimbau BMKG di seluruh Provinsi dan Wilayah Rawan Gempabumi dan Tsunami di Indonesia tetap terus siaga 24 jam dengan memonitor/ menginformasikan kejadian gempabumi secara real time dan dengan seketika memberikan Peringatan Dini potensi tsunami yang dapat dibangkitkan, serta terus mendukung dan bersinergi dengan BNPB, Pemerintah Daerah/ BPBD, TNI, Polri, Media, masyarakat dan berbagai pihak terkait utk lebih siap dalam mengantisipasi bahaya gempabumi dan tsunami.***

Editor: Tri Widiyanti

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler