Kliping, Cara Mengenalkan Rasa Nasionalisme Pada Anak

2 Agustus 2020, 06:15 WIB
*ist /

RINGTIMES BALI - Bulan Agustus merupakan bulan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak ada salahnya jika peristiwa ini dirayakan penuh makna.

Orangtua bisa mengambil momen ini untuk menanamkan karakter baik pada anak. Seperti nasionalisme, rela berkorban, semangat juang, dan sebagainya.

Penanaman karakter ini bisa dilakukan dengan memberikan wawasan mengenai sejarah kemerdekaan.

Baca Juga: Astaga, Siswa Dikagetkan Penampakan Hantu di Belakang Gurunya Saat Belajar Online

Dari belajar sejarah kita menggali nilai-nilai atau belajar bagaimana tokoh sejarah menghadapi hidup dan membuat sejarah. Hal itu bisa menanamkan semangat juang anak-anak untuk berjuang meraih impiannya.

Tanpa menggali semangat dan nilai-nilai positif dalam sejarah, anak-anak hanya belajar cerita.

Maka dari itu, belajar sejarah harusnya bukan memakai metode hafalan atau mendengarkan cerita saja.

Baca Juga: Pendiri Sekte Kristen Rahasia di Korsel Ditangkap Atas Tuduhan Konspirasi Corona Virus

Melainkan aktivitas yang menuntut anak untuk terlibat aktif mencari informasi. Ini dimaksudkan untuk melatih nalar kritis anak terhadap sejarah itu sendiri.

Nah, orangtua bisa menyelipkan pelajaran sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia melalui kegiatan yang menyenangkan.

Salah satu contohnya mengkliping atau mengumpulkan guntingan informasi maupun gambar yang berhubungan dengan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan serta mempertahankan kemerdekaan yang didapat dari koran, majalah, maupun internet.

Baca Juga: Mengenang Kepergian, Sosok Pengarang Novel Hujan Bulan Juni

Lalu ditempel pada kertas HVS menjadi sebuah buku.

Kliping bukan sekadar aktivitas gunting-menggunting, melainkan juga disiplin literasi.

Yakni mendidik anak agar tajam daya kognitifnya terhadap informasi yang dikumpulkan. Sebab itu, ia harus teliti memilah dan memilih berita dalam satu tema secara sistematis dan logis.

Baca Juga: 'Prank' Daging Berisi Sampah, Youtuber Edo Putra Didoakan Nitizen Susul Ferdian Paleka ke Penjara

Dikutip Ringtimesbali.com dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Kegiatan kliping sesungguhnya sesuai terminologi dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu ngerti, ngroso, nglakoni.

Pertama, modal utama aktivitas kliping adalah mengetahui (ngerti) batasan tema tertentu. Orangtua berposisi sebagai fasilitator yang membebaskan pemilihan topik.

Tahap awal tersebut mengajarkan anak peka terhadap obyek kliping. Selain itu, daya kritis mempertautkan berita satu dan yang lain secara tak sadar membentuk pengetahuan anak akan kesadaran intertekstual (warta) satu dan lain saling bertalian.

Baca Juga: 'Prank' Daging Berisi Sampah, Youtuber Edo Putra Didoakan Nitizen Susul Ferdian Paleka ke Penjara

Kedua, keterampilan mengaitkan antarinformasi tanpa keinsafan personal (ngroso) sudah barang tentu akan sia-sia.

Karena itu, diperlukan kelantipan hati dalam penyusunan kliping sebab ia merupakan bagian dari seni yang sarat estetika.

Kliping yang bernilai seni harus memenuhi syarat baik, benar, sekaligus indah. Dengan begitu, mudah dimengerti dan digemari pembaca umum.

Baca Juga: Semakin Memanas Hubungan Tiongkok dan AS, Bejing Kerahkan Pesawat Terbaru

Ketiga, jika butir pertama dan kedua dilakukan dengan baik, anak akan belajar bagaimana memetakan informasi secara konseptual. Karena itu, esensi nglakoni (melakukan) dalam kegiatan mengkliping merupakan bentuk proses pendidikan manual yang melibatkan tiga aspek elementer model pembelajaran modern: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Apabila mengkliping sudah selesai dilakukan anak, selanjutnya dikomunikasikan lewat diskusi.

Baca Juga: Warganet Heboh, Gegara Alis Tebal, Polisi Diduga Salah Tangkap Djoko Tjandra 'Palsu'?

Anak mempertanggungjawabkan informasi mengenai sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperolehnya dengan adu argumen dalam forum diskusi keluarga. Di sini anak dapat membentuk kesimpulan dengan pembuktian yang ilmiah.

Akhirnya, dengan pembuktian ilmiah inilah diharapkan anak punya rasa penghormatan yang mendalam terhadap para pahlawan. Pun perasaan nasionalisme yang tinggi.***

Editor: Triwidiyanti Prasetiyo

Sumber: Sahabat Keluarga Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler