Misteri Tenggelamnya KRI Nanggala 402, TNI AL Ungkap Adanya Peristiwa Alam 'BMKG pun Tidak Bisa Prediksi'

4 Mei 2021, 14:53 WIB
Misteri tenggelamnya KRI Nanggala 402, TNI AL ungkap adanya internal wave BMKG tidak bisa prediksi /twitter @alurfcargan/

RINGTIMES BALI - Tenggelamnya KRI Nanggala 402 di Perairan Utara Bali, pada 21 April 2021 lalu tentu menyisakan tanya serta luka yang dalam bagi pihak keluarga korban.

Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, yang merupakan Komandan KRI Nanggala 402 di tahun 2004 mengungkapkan jika kapal selam tersebut tidak ditembak oleh kapal selam asing lainnya hal ini membantah isu yang beredar saat ini.

Sebagaimana dikabarkan, KRI Nanggala 402 diduga tenggelam lantaran ditembak oleh kapal asing seperti Perancis dan China. Terkait hal ini, pihak TNI AL sudah membantahnya.

Dan kini melalui Laksamana Muda TNI Muhammad Ali yang notabene mantan Komandan KRI Nanggala pada tahun 2014 menjelaskan bahwa kabar tersebut adalah tidak benar.

Baca Juga: KBB Berulah kembali, Kini Gedung Sekolah Hingga Puskesmas Habis Dibakar

"Kondisi saat itu kelihatannya tidak mungkin karena pada saat itu kita berlatih dan pada saat itu banyak kapal permukaan juga ada frigid, korslet yang mempunyai sonar baik aktif maupun pasif," ungkapnya dikutip Ringtimesbali.com dari kanal YouTube Deddy Corbuzier.

Selain itu, katanya saat ini kondisi Indonesia sedang tidak bermusuhan dengan negara manapun.

Alasan lainnya, katanya tidak ada bunyi ledakan di lokasi tersebut.

"Ledakan di bawah air diperbesar atau dilipatgandakan dengan density air laut," terangnya.

Dan kalaupun meledak seharusnya ada semburan air ke atas katanya.

Bahwa kapal selam KRI Nanggala 402 itu seharusnya berada di negara maju dengan usia 33 tahun, namun pihaknya kembali membantahnya.

Tipe atau jenis KRI Nanggala 402 ini adalah kelasnya 209-1300 bahkan katanya ada yang lebih tua atau seumuran yang dipakai Korea Selatan yaitu jenis 209-1200 justru masih beroperasi, terangnya.

Baca Juga: PPKM Mikro Diperpanjang 4 Mei Hingga 17 Mei 2021 dengan Perluasan 5 Provinsi

Muncul pertanyaan, benarkah KRI Nanggala 402 ini tidak termasuk dalam golongan tua lantaran berusia 30 tahun?

"Bagi negara maju negara yang sudah anggaran militernya besar bisa saja diganti dengan yang baru namun di Asia, Amerika Latin bahkan Eropa masih bisa dioperasikan," jelasnya.

Terkait perawatannya katanya, kapal selam KRI Nanggala sudah terprogram melalui PMS (plan maintenance system) yang katanya sudah direncanakan mulai dari rutin, menengah, dan perawatan depo hingga overall.

"Ada tim yang memeriksa kelayakan kapal sebelum kapal itu beroperasi," katanya.

Kemudian beredar sosok oknum M yang dikabarkan adalah seorang mafia alutsista, pihak TNI AL enggan menanggapi kabar tersebut.

Menurutnya, pemerintah sudah cukup bagus mengurusinya dan memang katanya kapal selam ini akan diganti dan pelaksanaannya bertahap sesuai anggaran yang ada.

Saat ini Indonesia tengah memesan kapal selam dari Korea Selatan.

Baca Juga: Waspada, Kemenkes Ungkap 10 Kasus Baru B177 dari India, Terdeteksi di 4 Wilayah Indonesia

Terkait penyebabnya sendiri, pihaknya mengaku tidak bisa memutuskan apakah dikarenakan eksternal atau internal namun menurutnya keduanya bisa saja terjadi.

"Terakhir saya agak mulai curiga ke arah eksternal tapi kita belum bisa memutuskan eksternalnya itu setelah saya kroscek ke pakar oceanografi pada tanggal itu terjadi internal solitary wave itu, disitu bisa jadi akan berpengaruh banyak pada kapal selam itu," ungkapnya.

Karena begini, imbuhnya mungkin di permukaan air tidak terlihat internal solitary wave ini, namun di kedalaman belasan meter sampai 50 hingga 100 meter akan sangat terasa.

"Menurut teori mereka ini akan menarik kapal lebih cepat ke bawah, saya belum pernah merasakan karena pada saat saya berlayar normal kita tidak tahu keberadaan internal solitary wave itu," terangnya.

Perbedaan jenis air laut saja bisa saja membuat kapal jatuh. "Itu bisa dialami kapal laut," katanya.

Di dalam kapal selam itu, tekanan di dalam kapal selam itu tetap dibuat dalam satu atmosfir ucapnya.

Baca Juga: Viral Gus Miftah Dihujat Usai Orasi Kebangsaan di Gereja, Ini Kata Habib Syech dan Cak Nun

"Sedikit ada rasa seperti jatuh di pesawat," ungkapnya.

"Apa yang terjadi di Nangggala itu dalam proses menyelam jika terjadi itu dia akan jatuh juga mungkin ya ini masih prediksi," imbuhnya.

"Dia akan jatuh tapi karena dia tidak sedang berjalan maka dampaknya sudut yang di sudut trim ke depan oleng dan angguk itu ke belakang atau kedepan itu agak ekstrim sehingga dia akan menyebabkan kapal jatuh, apalagi ketika kemudi selamnya lagi dibuka itu akan menambah cepat dia masuk" tandasnya.

Dan saat kapal terjadi kondisi demikian menurutnya kapal seharusnya masih bisa naik keatas, katanya dan ini tergantung seberapa kuat daya tarik ke bawah.

Ini bisa diatasi dengan menghembuskan seluruh tanki pemberat pokok (main balastank) atau lebih darurat lagi pihaknya melakukan menghembuskan tangki tahan tekan yang memang diciptakan untuk khusus kedaruratan, pungkasnya.

Baca Juga: PBNU Protes ke Polri Usai Undang Ustad Khalid Basalamah Isi Kajian Kitab Kuning

Hal itulah yang tidak diketahui pihaknya apakah itu dilakukan atau tidak oleh KRI Nanggala 402 dan menjadi misteri hingga kini. Dan pada saat black out katanya, para kru kapal selam sudah tahu dan paham letak-letak katup di dalam kapal selam.

Pihaknya melalui pakar oceanografer baik dari Indonesia dan Australia memang menemukan adanya internal wave tersebut di lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 terutama di selat Lombok dan laut Bali.

"Dokter Adi Purwandana ini langsung mengecek pada tanggal 21 memang terjadi pusaran yang kuat terjadi turbulence yang sangat kuat itu langsung kita komunikasi dan kita tanyakan," terangnya.

Terkait adanya internal wave itu menurutnya BMKG pun katanya tidak bisa melacaknya, kemungkinan bisa namun tidak fokus pada daerahnya, tegasnya.***

Editor: Muhammad Khusaini

Tags

Terkini

Terpopuler