Sejarah Masjid Al Aqsa, Akar Krisis Palestina Part I, Ustad Felix Siauw

- 15 Mei 2021, 07:13 WIB
Berikut sejarah Baitul Maqdis  dimana saat ini menjadi akar dari Krisis Palestina (Part I), Ustad Felix Siauw
Berikut sejarah Baitul Maqdis dimana saat ini menjadi akar dari Krisis Palestina (Part I), Ustad Felix Siauw /google maps/

RINGTIMES BALI - Di momen Idul Fitri 1442 H, umat Muslim dunia dikejutkan dengan tersulutnya kembali peperangan antara Israel dengan Palestina. 

Menyikai peperangan yang terjadi antara dua negara tersebut, Ustad Felix Siauw mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Palestina, di Baitul Maqdis.

Di Palestina menurutnya, ada dua daerah yang pertama adalah Westbank dan satunya Gaza yang kini dipimpin oleh Hamas, dikutip ringtimesbali.com dari kanal YouTube Felix Siauw.

Di dua wilayah itu sesungguhnya berada di Israel. Gaza sesungguhnya seperti satu daerah yang nempel dengan Mesir. Dan disitulah terdapat pintu rafah dan ada 7 pintu lainnya yang berbatasan dengan Israel.

Baca Juga: Kisah Kerinduan Rasulullah SAW kepada Umatnya

Hidupnya seperti terkunci darimana-mana, disana juga penuh dengan kesulitan namun berkat pertolongan Allah SWT, kata Ustadz Felix hingga kini penduduknya bisa survive.

Di daerah ini merupakan daerah dengan tiga agama suci, Islam, Nasrani dan Yahudi. Disinilah terdapat tanah terjanji yakni Yerusalem dan Bukit Golgota.

Sebagian orang Kristen meyakini jika tempat ini adalah tempat perjamuan terakhir Yesus dengan para muridnya, dimana saat itu Yesus Kristus dikhianati oleh muridnya yaitu Yudas Iskariot.

Sementara dalam Islam, tempat ini menjadi kiblat kaum muslim yaitu Masjid Al-Aqsa atau Baitul Maqdis itu tadi.

Israil. Begitu gelar yang diberikan bagi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim, yang berarti hamba atau kekasih Tuhan. Ia memiliki 12 anak lelaki yang kelak semua keturunannya ini disebut dalam Al-Qur’an dengan nama Bani Israil.

Baca Juga: Israel Diserang Tiga Roket dari Lebananon, Korban Terus Berjatuhan

Keduabelas anak ini berasal dari 4 ibu. Lea melahirkan Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda. Bilha melahirkan Dan dan Naftali. Zilpa melahirkan Gad dan Asyer. Sedang Rahel melahirkan Yusuf dan Benyamin.

Dari Al-Qur’an kita memahami bahwa kisah Yusuf dimulai ketika saudaranya yang mendengki, berkonspirasi menyingkirkan Yusuf dari keluarga mereka, yang berakhir dijualnya Yusuf sebagai budak, lalu setelah serentetan fitnah dan ujian, Yusuf menjadi Bendahara yang dipercaya oleh Fir’aun mengatasi paceklik yang melanda.

Singkat cerita, Yusuf lalu memaafkan saudaranya, mengundang ayah dan saudara-saudaranya untuk tinggal di Mesir.

Bani Israil pun beranak pinak di Mesir, membawa millah Ibrahim, hidup dan beraktivitas di Mesir sampai Yusuf wafat.

Baca Juga: Rasulullah Anjurkan Baca Amalan Malam Idul Fitri, Doa Dilabahi Allah hingga Umur Panjang

Selepas itu Fir’aun yang tak suka dengan tauhid yang dipegang oleh Bani Israil, mulai mendzalimi mereka, menjadikan mereka budak, sebab bertentangan dengan keyakinan Mesir yang saat itu memuja dewa-dewi.

Tampillah Musa, anak lelaki yang lolos dari perintah pembunuhan anak-anak lelaki Bani Israil, yang justru dibesarkan di dalam keluarga kerajaan Fir’aun.

Ia menerima wahyu, lalu memimpin Bani Israil menuju ke tanah yang dijanjikan oleh Allah di Ardhul Muqaddas (Tanah Suci).

Musa lalu memimpin Bani Israil dengan ragam mukjizat mulai dari tangan yang bercahaya hingga terbelahnya lautan, namun tetap saja Bani Israil ada yang mengkhianati Musa.

Baca Juga: Warga Palestina Kehilangan Banyak Anggota Keluarga akibat Serangan Israel

Kita ketahui bahwa Bani Israil yang sudah lama berinteraksi dengan kebudayaan syirik di Mesir, dan itu mempengaruhi mereka, maka muncullah sifat-sifat yang tak pernah ada sebelumnya, yakni serakah dan pengecut.

Musa menunjukkan mukjizat yang banyak, tapi tak menghalangi mereka mengolok-olok Musa saat tentara Fir’aun di belakang mereka dan lautan di depan mereka, bahkan membuat sesembahan patung sapi untuk disembah saat Musa pergi menerima perintah Allah.

Walau Bani Israil ini adalah kaum pembangkang, Musa tetap membimbing mereka. Sampai di hadapan mereka tanah terjanji, mereka diminta oleh Allah untuk memasuki tanah tersebut, namun mereka menolak, sebab takut akan penduduk yang mendiami tanah itu, yang mereka sebut gagah perkasa.

Baca Juga: Kisah Kematian Nabi Isa Alaihissalam yang Diceritakan Rasulullah SAW

Lebih kurang ajar lagi mereka mengatakan pada Musa untuk berperang berdua saja bersama Tuhan, sedang mereka menunggu sambil duduk saja, bila sudah selesai, mereka baru mau memasukinya.

Maka Al-Qur’an menyampaikan, sebab tingkah mereka itu, Allah mengharamkan negeri itu, tanah suci yang sudah dijanjikan itu bagi mereka selama 40 tahun. Mereka tak mampu memasuki tanah itu melainkan hanya berputar-putar seperti orang tersesat.

Dalam masa itu, berkali-kali Al-Qur’an menceritakan tentang sikap buruk kaum Musa itu, yakni tidak puas dengan pemberian Allah, meragukan Allah hingga melihat dengan mata sendiri, dan lain sebagainya.

Wafatlah Harun dan Musa, dan kepemimpinan akan Bani Israil diberikan pada Nabi Yusya’ bin Nun yang kemudian memimpin Bani Israil memenangkan peperangan dan masuk ke Ardhul Muqaddas, kemudian membagi wilayah itu menjadi 12 bagian sesuai dengan jumlah anak-anak Israil.

Baca Juga: 5 Makanan Penghuni Neraka Jahanam, Nomor Pertama Sangat Menjijikan dan Mengerikan

Tiap-tiap wilayah ditunjuklah seorang hakim, dan Nabi Yusya’ sendiri menjadi hakim kepala diantara mereka.

Masa ini terus berlanjut dengan diwarnai pertikaian diantara mereka, Nabi Yusya’ wafat dan digantikan Nabi lain.

Dan di masa-masa ini, Bani Israil yang berinteraksi dengan penduduk setempat mulai diwarnai dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Yusya’ mulai memiliki sifat yang jelek, menyelisihi bahkan membunuhi para Nabi, hingga tiba masa Nabi Samuel, hakim kepala terakhir.***

Editor: Muhammad Khusaini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x