Network
RINGTIMES BALI – Saat ini Arab Saudi disoroti usai isu kudeta hingga perebutan tahta.
Terlebih lagi, Sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman (Mbs) menjadi calon pewaris tahta kerajaan Arab Saudi menggantikan sepupunya.
Diketahui kerajaan Arab Saudi dipegang oleh Mohammed bin Nayef selaku sepupu dari calon pewaris kerajaan sekarang.
Baca Juga: Ngeri! 3 Hukuman Kim Jong Un Bagi Warga Korea Utara yang Menikmati Konten Hiburan Korea Selatan
Ketika Putra Mahkota Mohammed bin Salman (Mbs) berkuasa, ia tak segan melancarkan serangan politik demi mengkonsolidasi kekuasaanya.
Tak hanya, berbagai tindakan yang dicurigai sebagai ancaman akan ditangkap dan ditahan tak terkecuali keluarganya sendiri.
Tak hanyak penangkapan, siksaan juga menyertai orang-orang yang dicurigai sebagai ancaman politik. Hal tersebut juga pernah dialami oleh Pangeran Mohammed bin Nayef.
Berbagai tindakan yang dilakukan oleh para pengeran arab saudi tersebut tak ayal menjadi sorotan dan omongan dari berbagai pihak.
Baca Juga: Kunjungan Vladimir Putin Ke Jembatan Kerch Usai Tragedi Ledakan Oktober Lalu
Dilansir dari Theguardian pada 6 Desember 2022, salah satu dari tanggapan para pihak ini adalah dengan merelevansikan antara perebutan tahta di Arab Saudi dengan salah satu tanda akhir zaman atau kiamat.
Merespon serta meluruskan tanggapan pihak terkait perebutan tahta dengan tanda akhir zaman, Yon Machmudi selaku pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia berkata demikian.
“Perebutan kekuasaan kerajaan di Arab Saudi dengan tanda kiamat dapat dikatakan sebagai kepercayaan atau mitos,” ungkapnya.
Baca Juga: 7 Negara Penghasil Minyak Bumi Terbesar di Dunia
“Namun, ada juga indikasi dalam hadis nabi yang diantaranya menyebutkan bahwa tanda-tanda akhir zaman adalah perebutan kekuasaan,” tambah Yon Machmudi.
Kendati demikian, pengamat hubungan internasional itu tidak menjelaskan secara rinci hadis yang mana terkait perebutan tahta.
“Tentu tidak bisa divalidasi apakah seperti itu yang ada di arab. Karena ini merupakan fenomena global, bukan spesifik menyebut apa yang terjadidi suatu tempat,” ujar Yon Machmudi.***
