Upah Minim, Ribuan Perawat di Inggris Kompak Mogok Kerja

25 November 2022, 15:51 WIB
Ilustrasi perawatan di Instalasi Gawat Darurat /Sasint/pixabay.com

RINGTIMES BALI -  Inggris terancam mengalami krisis tenaga pekerja medis seperti Perawat karena aksi kompak mogok kerja.

Aksi kompak mogok kerja diketahui karena kurangnya kesejahteraan pekerja seperti hak upah minim yang diberikan.

Upah minimum atau gaji yang tidak sesuai tidak sejalan dengan tingginga harga kebutuhan yang naik.

Sehingga kurangnya kesejahteraan akan upah minim menjadikan tenaga pekerja seperti prawat di Inggris mengalami mogok kerja.

Baca Juga: Katie Cassidy, Pemain di Film Black Christmas Berulang Tahun Hari ini

Dilansir dari lama Japan Today.com yang diamati pada 25 November 2022.

Seorang perawat di Inggris bernama Chukwudubem Ifeajuna akan melakukan aksi kompak mogok kerja.

Ia akan melakukan pemogokan terbesar perawat Inggris. Menurutnya hal ini perlu dilakukan untuk kesejahteraan staf dan pasien.

Aksi kompak pemogokan dilakukan pada 15 dan 20 Desember 2022. Aksi ini belum pernah terjadi dalam 106 tahun di sejarah serikat perawat inggris.

Akan tetapi aksi mogok ini terjadi saat National Health Service (NHS) yang dikelola negara dengan bersiap menghadapi salah satu musim dingin terberatnya.

Baca Juga: Gelap! Ukraina Kekurangan Cahaya Usai Pasokan Listrik yang Terbatas

Chukwudubem Ifeajuna melihat anggota timnya pergi bekerja di supermarket, dimana stress berkurang dan upah lebih baik. Sementara dia harus mengurangi pengeluaran.

“saya memiliki beberapa staff yang menggunakan bank makanan saat ini. Saya harus mengurangi banyak hal dengan anak-anak yang tidak mampu saya sediakan untuk mereka karena biaya hidup yang tinggi,” ucap Ifeajuna.

“jadi harus benar-benar tangguh, untuk semua orang bukan hanya saya sendiri,” tambah perawat Inggris tersebut.

“kami mogok karena kami pantas dibayar lebih baik. Kami belum menerima gaji layak selama lebih dari satu dekade sekarang,” ucap perawat Inggris.

Aksi kompak mogok ini berdampak pada beberapa sektor seperti kereta api, pos, dan pendidikan di Inggris.

Hal ini disebabkan para pekerja berjuang dengan harga yang melonjak tinggi.

Baca Juga: Agenda 2023: PM Kishida Fumio dan Presiden Joe Biden Tingkatkan Keamanan Bilateral

Tindakan mogok perawat ini didukung oleh Patricia Marquis selaku direktur serikat Royal College of Nursing (RCN) di Inggris.

“ini bukan sesuatu yang perawat lakukan dengan mudah,” ujarnya.

Pihak Royal College of Nursing (RCN) menegaskan bahwa, perawat berpengalaman seperti ifeajuna 20 persen lebih buruk secara rill.

daripada tahun 2010 setelah serangkaian penghargaan gaji dibawah inflasi dan mencari kenaikan gaji 5 persen di atas inflasi.

Hal itu akan menghasilkan kenaikan gaji sebesar 19,2 persen, berdasarkan data inflasi bulan Oktober.

Pemerintah mengatakan tuntutan Royal College of Nursing (RCN) akan menelan biaya 10 miliar poun atau sekitar 12,14 miliar dollar. Pertahun.

Menanggapi hal respon dari pemerintah, Patricia Marquis menegaskan bahwa jika tanpa gaji yang sesuai maka staff akan meninggalkan profesinya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Sabtu 26 November 2022 Asmara dan Keuangan Capricorn, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, Gemini

Sehingga akan mengakibatkan tekanan pada mereka yang tetap tinggal dan pada akhirnya merusak kualitas perawatan pasien.

Menanggapi pendapat Patricia Marquis. Billy Palmer selaku pihak Nuffield Trustmengatakan bahwa merea yang mempertimbangkan untuk keluar  mereka sering mempermasalahkan seputar tidak memiliki cukup staf untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

Kepergian para staff akan semakin memperburuk masalah kepegawaian.

“ini adalah siklus yang paling ganas,” ujar Billy Palmer.

Chukwudubem Ifeajuna juga mempertimbangkan untuk berhenti dari pekerjaannya.

“tetapi setiap kali saya memiliki kesempatan, saya harus berhenti sejenak dan berkata ‘saya tdak dapat meninggalkan pasien saya,” kata Ifeajuna.

“saya tidak dapat meninggalkan rekan kerja saya untuk menderita sendirian,” tambahnya.***

 

Editor: Annisa Fadilla

Tags

Terkini

Terpopuler