Upaya Demokrat Loloskan Stimulus Ekonomi AS Jadi Sentimen Positif untuk Saham Global

11 Februari 2021, 09:07 WIB
Demokrat lanjutkan upaya meloloskan stimulus ekonomi AS jadi sentimen positif untuk saham global. /Instagram.com/@Joebiden

RINGTIMES BALI – Rabu, 10 Februari 2021 saham global mengalami kenaikan dan diperkirakan akan menguat.

Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melanjutkan upaya untuk segera meloloskan stimulus ekonomi Presiden Amerika, Joe Biden sebesar 1,9 triliun US Dollar.

Hal ini menjadi sentiment positif bagi saham global karena investor fokus pada persetujuan stimulus ekonomi Amerika Serikat (AS) tersebut.

Baca Juga: Robinhood dan Investor Ritel Tingkatkan Pasar Saham, 4 Kepala Bank Amerika Beri Komentar

Dilansir Ringtimesbali.com dari website businessinsider.com terkait berita lanjutan upaya pelolosan stimulus AS oleh Demokrat.

Pada hari Selasa, 9 Februari 2021 Demokrat merilis sebuah Rancangan Undang-undang (RUU) pertahanan batas pendapatan untuk cek stimulus yaitu sebesar 75.000 US Dollar bagi pembayar pajak individu dan 150.000 US Dollar untuk pasangan menikah.

Hal ini bertujuan agar Demokrat mendapatkan rencana pemungutan suara pada akhir Februari tahun ini.

Baca Juga: Pasca Bank Syariah Indonesia Diresmikan, BRIS Langsung Masuk Kategori Saham Bluechip

Diketahui beberapa saham dari Amerika seperti The Dow Jones, S&P 500, serta Nasdaq mengalami kenaikan sebesar 0,3 dan 0,5 persen.

Namun sebuah pertanyaan muncul dari Jim Reid seorang Direktur pelaksana penelitian lintas aset di Deutsche Bank.

“Seberapa cepat berbagai bagian dari RUU tersebut akan melewati DPR dan Senat?” tanya Jim.

Baca Juga: Nyaman Berinvestasi Saham dengan Analisis Value Investing dan Paham Rule Investasi

Pemikiran tentang rencana Penyelamatan Amerika di bawah pemerintahan Joe Biden, dan artinya bagi kebijakan moneter ke depannya oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menjadi perhatian dari para investor.

Terpantau penurunan Indeks Dolar AS dari 0,2 persen ke 90,27 sebagian besar disebabkan oleh kerugian terhadap pound.

Seorang analis keuangan di SpreadEx, Connor Campbell mengatakan sterling mungkin memiliki awal yang baik tahun ini akibat dari kelemahan greenback dalam menghadapi rencana stimulus Biden.

Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing UMKM, Pemerintah Menggandeng Asosiasi Fintech Indonesia

Selain itu karena kuatnya peluncuran vaksin Inggris, serta kemungkinan surutnya Bank of England memberlakukan suku bunga negatif.

Pound mengalami kenaikan terhadap dolar sebesar 1,3 persen sepanjang tahun 2021, sementara euro turun 0,7 persen dan yen turun 1,2 persen.

Para investor mengambil harapan dari penurunan kasus harian virus Covid-19 di Inggris ke level terendah dalam dua bulan terakhir.

Baca Juga: Diskop Bali Dorong Pelaku UMKM Manfaatkan Fintech di Tengah Pandemi

Kemudian pihak pemerintah di hari Senin mendatang akan memberikan dosis vaksin pertama kepada semua kelompok yang paling berisiko.

Sedangkan kanselir di Jerman, Angela Merkel mengusulkan toko dan hotel secara bertahap mulai awal Maret agar kembali dibuka.

Menjelang liburan Tahun Baru Imlek, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan investor Asia mundur atau menarik dananya.

Baca Juga: 9 Produk Fintech yang Bisa Kamu Jadikan Referensi, Pastikan Terdaftar dan Diawasi OJK

Tentunya semua hal ini menunjukkan sentimen positif terhadap pasar saham global.***

 

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Business Insider

Tags

Terkini

Terpopuler