Pada umumnya, penjor dibuat dari sebatang bambu dengan ujungnya yang melengkung. Bambu tersebut akan dihias dengan dedaunan, seperti daun kelapa, daun enau muda, dan daun plawa.
Sarana pelengkap penjor yaitu pala bungkah (umbi-umbian), pala gantung (buah-buahan), pala wija (biji-bijian), jajan, 11 uang logam, dan sanggah beserta dengan sesajennya.
Di bagian ujung penjor digantungkan sarana upakara seperti sampian penjor, porosan, dan bunga.
Khusus di Hari Raya Kuningan, penjor akan dilengkapi dengan sarana upakara endongan, tamiang, dan kolem.
Penjor akan dicabut sehari setelah Kuningan atau pada Redite Umanis Langkir. Umat Hindu di Bali juga biasa mencabut penjor 42 hari setelah Hari Raya Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Pahang/Buda Kliwon Pegat Uwakan.
Baca Juga: Arti Salam Om Swastiastu Bagi Umat Hindu, Jangan Disingkat OSA
Terakhir, sarana upakara yang ada pada penjor akan dibakar dan abunya disimpan pada kelapa gading muda yang dikasturi. Kemudian, abu yang sudah dilengkapi dengan sarana upakara akan ditanam di pekarangan rumah atau dihanyutkan.
Unsur-unsur yang ada pada penjor memiliki maknanya tersendiri berdasarkan kepercayaan umat Hindu. Penjor juga diyakini sebagai simbol dari gunung yang dianggap suci oleh umat Hindu.***