Tradisi Ngejot di Bali, Saling Memberi di Tengah Hari Raya Keagamaan

5 Juni 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi tradisi Ngejot, memberi di tengah hari raya keagamaan. /Unsplash.com/Ruben Hutabarat

RINGTIMES BALI - Menjelang hari raya keagamaan, masyarakat di Bali memiliki tradisi yang unik, yaitu tradisi Ngejot.

Tradisi Ngejot secara umum berarti memberi. Dilansir dari laman resmi Kemenag Republik Indonesia, tradisi Ngejot dilakukan dengan memberi makanan kepada sesama.

Ngejot menjadi bentuk dari ikatan pertemanan dan persaudaraan bagi sesama.

Tradisi Ngejot dalam kalangan kaum muslim disebut juga sebagai jalinan silaturahim kepada sesama.

Baca Juga: WNA Italia Terhantam Ombak di Kelingking Beach Bali

Biasanya jalinan antara umat Hindu dengan Islam ini dilaksanakan dalam  hari besar keagamaan, seperti Hari Raya Galungan maupun Idul Fitri.

Menurut Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus (UHN IGN) Sugriwa, I Gusti Ngurah Sudiana, mengatakan bahwa tradisi ngejot juga menjadi salah satu bentuk kerukunan antar umat beragama yang sudah terbangun sejak lama sampai sekarang.

Lebih lanjut, IGB Agung Suddhajinedra HS, cucu tokoh Bali IGB Sugriwa dilansir dari laman Kemenag, juga mengatakan bahwa tradisi Ngejot merupakan persembahan rasa terima kasih.

Jika dikaitkan dalam ajaran umat Hindu, tradisi Ngejot merupakan salah satu bentuk dari Yadnya.

Baca Juga: Menhub Nilai Pelabuhan Sanur Punya Peluang Ekonomi Tinggi untuk Bali

Keluarga wajib memberikan Pengwales atau membalas kebaikan kepada anggota keluarga maupun Banjar yang sudah membantu atau Ngejot.

Dalam Hari Raya Galungan, masyarakat Hindu akan saling memberi makanan kepada masyarakat sekitar atau tetangga.

Selain sebagai bentuk ikatan persaudaraan, Ngejot juga diartikan sebagai bentuk rasa kekeluargaan agar ikut merasakan suasana hari raya.

Tradisi lainnya yang berkaitan dengan Ngejot yaitu Menyama Braya.

Menurut Ketua Umum Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Wisnu Bawa Tenaya dilansir dari laman Kemenag, menyebutkan bahwa Menyama Braya bermakna persamaan, persaudaraan, dan pengakuan sosial bahwa setiap orang bersaudara atau keluarga.

Baca Juga: Pesta Kesenian Bali Tahun 2022 Digelar Bulan Juni, Berikut Jadwal Pelaksanaannya

Menyama Braya artinya menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga.

Konsep ini sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yang merupakan ajaran tentang keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama, dan manusia dengan Tuhan.

Kerukunan dan keharmonisan ini tercipta dalam masyarakat melalui konsep Menyama Braya.***

Editor: Rian Ade Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler