Sebagai seorang putra keturunan ningrat, Tirto seharusnya melanjutkan sekolahnya di bidang pemerintahan, namun ia lebih memilih untuk melanjutkan sekolah dokter di School tot Opleiding van Inlandsche Artshen (Stovia) di Batavia tahun 1893-1900.
Sayangnya, Tirto tak sempat menamatkan sekolah dokternya, karena jatuh cinta terhadap dunia tulis-menulis.
Ia mulai menulis dan mengirimkan tulisannya ke berbagai surat kabar terkemuka saat itu sejak awal masuk STOVIA.
Sepak terjangnya di bidang jurnalisitik berawal ketika ia mendirikan dan memimpin surat kabarnya sendiri yang bernama "Soenda Berita" pada tahun 1901.
Surat kabar "Soenda Berita" merupakan surat kabar pertama yang dikelola langsung oleh masyarakat pribumi.
Setelah Soenda Berita, Tirto Adi Suryo bersama dengan dua kawannya yaitu Haji Muhammad Arsjad dan Pangeran Oesman juga mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Nusantara (Indonesia), yaitu N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij atau "Medan Priyayi" pada tahun 1909.
Perusahaan Priyayi ini adalah perusahaan media yang menaungi beberapa surat kabar yang berpengaruh di masa itu, seperti Pembrita Betawi, Soenda Berita, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, Sarotomo, dan lain sebagainya.
Pramoedya Ananta Toer mengabadikan perjalanan hidup Tirto melalui karya sastra bertajuk "Tetralogi Pulau Buru" yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.