Sejarah Kupatan Bagi Masyarakat Jawa, Filosopi hingga Makna Tersembunyi

- 9 Mei 2022, 11:42 WIB
Ilustrasi. sejarah Kupatan atau Ketupat bagi masyarakat Jawa, filosopi hingga makna tersembunyi
Ilustrasi. sejarah Kupatan atau Ketupat bagi masyarakat Jawa, filosopi hingga makna tersembunyi /UNSPLASH/Mufid Majnun


RINGTIMES BALI -
Simak sejarah Kupatan bagi masyarakat Jawa, filosopi hingga makna tersembunyi.

Kupatan atau yang dikenal dengan Ketupat adalah salah satu menu khas lebaran yang selalu dihidangkan di meja.

Menurut catatan Sejarah, Kupatan pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Saat itu dia memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Baca Juga: Sejarah Pesawat Sukhoi Superjet Tabrak Gunung Salak Tanggal 9 Mei

Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan sholat Ied pada 1 Syawal hingga tradisi saling kunjung dan saling maaf-memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Melansir dari Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat IAIN Surakarta, sejarah kupatan pada awalnya dipraktikkan oleh masyarakat di daerah Durenan, Trenggalek, Jawa Timur, hingga saat ini tradisi Lebaran Ketupat masih tetap dilestarikan.

Sekarang, tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya diperingati di daerah Durenan saja. Namun tradisi Kupatan sudah terbilang umum dilakukan di daerah Jawa Timur.

Baca Juga: Pembahasan Sejarah Kelas 10 Halaman 183 Uji Kompetensi, Bab 3 Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau

Seperti halnya di Surabaya, yang dikutip dari Kemdikbud, tradisi Kupatan di Surabaya dilakukan di masjid atau musholla.

Para warga yang mengikuti tradisi tersebut, akan membawa ketupat masing-masing dari rumah, lalu melakukan selamatan atau yang biasa disebut bancakan dalam tradisi Jawa.

Halaman:

Editor: Rian Ade Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x