Sejarah Penanggalan Kalender Bali, Berbeda dengan Lainnya

- 27 Mei 2021, 21:45 WIB
Ilustrasi penggunaan Kalender Bali dalam hari raya di Bali
Ilustrasi penggunaan Kalender Bali dalam hari raya di Bali /PEXELS/Artem Beliaikin

Selanjutnya penanggalan tersebut ditulis pada 1 bulan hingga 15 purnama. Dalam kalender cetak, bulan purnama ditulis dengan berwarna merah.

Setelah purnama, kembali siklus diulang dari angka 1 pada sehari setelah purnama sampai 15 pada bulan mati (tilem) menggunakan warna hitam.

Baca Juga: Pemprov Bali Pastikan Tidak Ada Lulusan SMP Tercecer pada PPDB 2021

Dalam perhitungan matematis, untuk membedakan warna, sering dipakai titi. Titi merupaka sebuah angka bersifat berurutan dimulai dari 1 yakni bulan baru hingga 30 pada bulan mati.

Angka 1 sampai 15 mewakili angka merah atau penanggal, 16 sampai 30 mewakili angka 1 sampai 15 angka berwarna hitam atau panglong.

Selanjutnya bulan surya tidak memiliki panjang yang sama dengan sasih (bulan candra), karena sifatnya yang flutuatif dan bergantung pada jarak bulan dengan bumi dalam orbit elipsnya.

Hal itu membuat jumlah tahun surya lebih panjang kira-kira 11 hari dari tahun candra. Demi menyelaraskan hal tersebut, tiap 3 tahun candra akan disisipkan satu sasih tambahan. setiap kira-kira 3 tahun candra disisipkan satu sasih tambahan.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 'Super Blood Moon', Berikut Waktu Melihat untuk Daerah Bali

Dalam perjalanannya, penamambahan sasih tersebut bersifat rancu, karena sepatutnya awal tahun surya jatuh pada paruh-akhir sasih keenam (Kanem) atau paruh-awal sasih ketujuh (Kapitu), sehingga tahun baru Saka (hari raya Nyepi) selalu jatuh di sekitar paruh-akhir bulan Maret sampai paruh-awal bulan April.

Pada kalender Bali, setiap awal tahun diperingati sebagai hari raya Nyepi yang jatuh pada sasih kesepuluh (Kadasa) penanggal 1, yaitu 1 hari setelah bulan mati (tilem).

Halaman:

Editor: Muhammad Khusaini

Sumber: Babad Bali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x