Tragedi Santa Cruz 1991, Diduga Ada Dalang Orang Ketiga

28 November 2021, 19:55 WIB
Tragedi Santa Cruz 1991 /

RINGTIMES BALI – Tragedi Santa Cruz tahun 1991 diduga ada dalang dibalik serangan brutal 12 November 1991 di Dili.

Dalam buku Hendra Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando mencatat bahwa dalam tragedi tersebut ada kemungkinan keterlibatan orang ketiga dalam tragedi Santa Cruz.

Pihak ketiga inilah yang menjadi dalang aksi sabotase di Santa Cruz yang mengarah ke kekerasan militer.

Baca Juga: Perbandingan Teknik Beladiri Tangan Kosong Militer China dan Indonesia

Tapi hingga sekarang, tragedi berdarah di Santa Cruz tersebut masih belum jelas siapa pihak ketiga atau dalang utama dibalik semua itu.

Dilansir dari kanal YouTube Matahatipemuda, berikut kronologi terjadinya tragedi Santa Cruz 1991.

Tiga bulan menjelang Natal pada tahun 1991 terdengar kabar bahwa delegasi parlemen dari Portugal berniat akan mengunjungi Timor Timur.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia VS Timor Leste

Rencana kedatangan ini akan diikuti oleh dua belas jurnalis internasional, tidak disangka bahwa hal ini menjadi salah satu catatan sejarah militer Indonesia di Timor Timur.

Niat Portugal untuk datang sudah ditolak oleh pemerintah Soeharto, Indonesia keberatan apabila kunjungan tersebut disertai para jurnalis.

Sementara di dalam negeri Timor Timur sendiri, jauh hari sebelumnya para pemuda yang melakukan perlawanan bawah tanah sudah terlanjur menyiapkan sambutan atas kunjungan Portugal.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer Israel vs Palestina

Namun, pergerakan bawah tanah mereka sudah diketahui oleh pihak intelijen Indonesia.

Mereka yang membuat spanduk penyambutan Portugal di gereja Motael Dili, diawasi terus gerak geriknya oleh pihak intelijen Indonesia.

Sehingga hal ini membuat pihak intelijen Indonesia membuat scenario yang dapat menyulut aktivis pro kemerdekaan Timor Leste dengan menyewa para provokator.

Baca Juga: 8 Etnis Tionghoa Sukses dalam Bidang Militer Indonesia

Akhirnya pada malam hari 27 Oktober 1991, kelompok provokator yang bekerja untuk intelijen Indonesia mengejek para aktivis pro-kemerdekaan dan memancing mereka untuk ribut.

Tidak lama kemudian anak muda Timor Leste terpancing, dan terjadi perkelahian hebat pada malam itu juga.

Pagi hari 28 Oktober 1991, jasad aktivis muda pro-kemerdekaan Timor Timur Sebastiao Gomes ditemukan tergeletak di dekat gereja Motael.

Baca Juga: Perbedaan Polisi Militer dengan Provos TNI, Tugas hingga Atribut

Pagi hari 12 November 1991, Pastor Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja Motael Dili.

Misa arwah diikuti oleh ribuan umat Katolik Timor Leste, pukul 07.00 waktu setempat acara misa arwah selesai sekitar 500 orang keluar gereja sembari membentangkan spanduk bergambar Xanan Gusmao pemimpin gerakan pro-kemerdekaan Timor Leste.

Sambil terus berjalan, mereka terus bersuara dengan lantang. “Timor Leste! Timor Leste! Timor Leste!”

Baca Juga: Hebatnya Kekuatan Militer Indonesia di Era Soekarno, Disegani Seluruh Dunia

Iringan pengunjuk rasa berjalan sekitar 4 km menuju pemakaman Santa Cruz tempat Sebastiao Gomes dimakamkan.

Sampai di tempat pemakaman Santa Cruz, tentara Indonesia telah bersiaga dengan menggunakan baju preman.

Saat itulah suasana menjadi kacau, sirine dan suara tembakan memekik telinga. Para demonstran lari tunggang langgang.

Baca Juga: Perbedaan Kerasnya Latihan Militer Kopassus dan Denjaka, Sama-sama Ekstrim

Banyak yang bersembunyi di antara nisan-nisan Santa Cruz, pada waktu itu tentara Indonesia menembaki secara membabi buta diikuti senapan berondongan otomatis selama beberapa menit.

Tentara Indonesia menembak di tengah kerumunan, dan membuat para aktivis pro-kemerdekaan Timor Timur tertembak di bagian punggung saat berusaha melarikan diri.

Tentara lainnya menendang dan menusuk korban hingga terluka, akhirnya banyak jasad yang bergelimpangan.

Baca Juga: Cara Jet Tempur Militer Mendarat di Atas Kapal Induk, Harus Dilakukan Tenaga Ahli

Dalam Laporan Dewan Kehormatan Militer peristiwa 12 November 1991 itu telah menewaskan 50 warga sipil Timor Timur.

Namun dalam catatan lainnya menyebutkan ratusan orang luka-luka dan puluhan orang tewas terkena peluru tentara Indonesia.

Hasil penyelidikan dari perlawanan bawah tanah Timor Timur mencatat hingga 273 jiwa tewas dalam tragedi tersebut.

Setelah insiden Santa Cruz di Dili, senator Amerika meminta Presiden George Bush agar membantu Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri atau dengan kata lain merdeka.

Akhirnya munculah tekanan Internasional mengenai masalah Timor Timur, namun hal ini diabaikan Indonesia dengan tidak menarik mundur militer Indonesia dari Timor Timur.

Indonesia justru mengubah struktur kepemimpinan militer di Timor Timur.

Inilah sejarah mengenai tragedi Santa Cruz di Dili 12 November 1991.***

Editor: Suci Annisa Caroline

Tags

Terkini

Terpopuler