Pariwisata Nusa Lembongan Down, Warga Beralih Menanam Rumput Laut

1 Agustus 2021, 16:15 WIB
warga Nusa Lembongan kembali beralih mata pencaharian menanam rumput laut akibat pariwisata lesu oleh pandemi. /

RINGTIMES BALI – Pariwisata di Nusa Lembongan down akibat pandemi yang tak kunjung usai. Masyarakat pun kembali beralih menanam rumput laut.

Nusa Lembongan adalah sebuah pulau kecil milik kabupaten Klungkung yang berbatasan langsung dengan selat Badung.

Pulau kecil nan indah ini sudah terkenal hingga menca negara, sehingga wajar jika Nusa Lembongan merupakan tujuan wisata.

Baca Juga: Pemkab Klungkung Segera Terapkan Belajar Tatap Muka di Nusa Penida

Hal inilah yang menyebabkan mata pencaharian utama masyarakat Nusa Lembongan adalah pariwisata.

Keindahan alam bawah laut dan juga pantai yang cantik menjadi tujuan utama turis mengunjungi pulau Nusa Lembongan.

Namun, pandemi menyebabkan pembatasan kegiatan masyarakat dan juga larangan berpergian menyebabkan Nusa Lembongan sepi pengunjung.

Banyak hotel, bungalow, resort, maupun restoran tutup akibat tak ada turis yang datang.

Baca Juga: Mengenal Yellow Bright atau Jembatan Cinta, Nusa Lembongan

Kondisi yang dulunya macet akibat banyak turis yang berseliweran kini menjadi sangat sepi dan sunyi.

Rutuhnya pariwisata menyebabkan masyarakat kembali beralih mata pencaharian menanam rumput laut.

Berdasarkan penelusuran tim Ringtimes Bali, hampir sebagian masyarakat di pulau Nusa Lembongan kembali menaman rumput laut.

Baca Juga: Penyeberangan Sanur-Nusa Penida Masih Sepi

Rumput laut membantu masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka akibat tak ada harapan bagi pariwisata dikala pandemi melanda.

Salah satu petani Desa Lembongan, I Wayan Suarbawa mengatakan bahwa saat ini masyarakat Nusa Lembongan menaman rumput laut jenis  Spenosium dan Cattonie.

Rumput laut kembali bangkit diawal tahun 2019, padahal tahun 2016 sempat ditinggalkan oleh petani akibat gagal panen dan lahan yang kurang bersahabat.

Baca Juga: Groundbreaking Pembangunan Pelabuhan di Nusa Penida, Ini Kata Bupati

“Setelah 2019 bulan September baru ada 15 orang dan bulan Desember baru 150 orang,” kata I Wayan Suarbawa saat ditemui pada 18 Juli 2021.

“Setelah agak lesu pariwisatanya, mulai ada tergerak yang tua-tua, lumayan banyaklah (orang-orang yang menanam rumput laut) di bulan Februari,” tambahnya.

Harga rumput laut sendiri berubah-ubah saat ini berkisaran Rp15.000 per kilogram untuk jenis Spenosium dan Rp3.000-Rp5.000 untuk jenis Cattonie.***

Editor: Rani Purbaya

Tags

Terkini

Terpopuler